View Full Version
Selasa, 23 Sep 2014

Sri Bintang Pamungkas : Jokowi Hasil Permainan Kotor, Antara Konspirasi Asing dan Para Bandit

JAKARTA (voa-islam.com) - Voa-islam.com melakukan wawancara dengan Dr.Sri Bintang Pamungkas, di kediamannya, di Cibubur Jakarta Timur. Ketua PUDI (Partai Uni Demokrasi Indonesia), memberikan pandangan tentang Jokowi dengan lugas. Inilah wawancara Dr.Sri Bintang Pamungkas :

Voa-Islam : Bagaimana lima tahun ke depan pemerintahan Jokowi?

Sri Bintang Pamungkas : Tidak ada pemerintahan Jokowi. Jokowi nggak dilantik. Harus dijatuhkan. Jokowi hasil permainan kotor,  dagang sapi dan konspirasi asing dan ‘bandit-bandit’ domestik. Jokowi sudah dipersiapkan lama oleh mereka ini.

Voa-Islam : Apa buktinya Jokowi hasil konspirasi asing?

Sri Bintang Pamungkas : Ini bisa dilihat, sesudah Prabowo membentuk  ‘Tim Hukum’, yang menggugat hasil pilpres terhadap KPU maupun MK (Mahkamah Konstitusi), Mega dan JK melakukan kunjungan ke Washington. Memberikan laporan kepada ‘tuannya’ di AS. Konspirasi ini sudah terjadi beberapa kali. Ini bukan pertama kalinya.

Hal ini, terjadi pula, Agustus, tahun 2003, SBY yang sangat mencintai AS, menganggap AS sebagai ‘tuannya’, dan SBY merasa bisa menjadi presiden, karena dukungan AS. SBY memohon kepada AS dukungan. SBY menjual dirinya. Karena dalam benak SBY, hanya dengan dukungan AS, dia bisa jadi presiden. SBY merasa, “Negara saya Indonesia. Tapi, rumah saya AS”.

Pikiran ‘inlander’ (terjajah) juga menguasai diri Mega dan Jokowi. Kemudian, Mega dan JK ditemani para ‘bandit-bandit’ pergi ke AS. Mega dan JK, meminta dukungan AS. Karena, Prabowo menggugat hasil pilpres ke KPU dan MK. Jiwa budak dan inlander (terjajah) melekat dalam diri Mega. Dia bukan seorang nasionalis, seperti Soekarno.

Voa-Islam : Apa yang dilakukan Mega selama di AS?

Sri Bintang Pamungkas : Di AS, Mega bertemu dengan Presiden AS Obama, Perdana Menteri Inggris David Cameron, dan Presiden Cina Xi Jinping. Bahkan, ada yang menyaksiakan pertemuan itu, disaksikan oleh mantan Presiden Bill Clinton. Pertemuan berlangsung bersama-sama. Pertemuan itu, yang memfasilitasi salah satu ‘bandit’ Indonesia. Tentu, yang lebih memprihatinkan lagi, di Washington DC itu, hadir salah satu hakim MK. Ini benar-benar konspirasi.

Voa-islam.com : Bagaimana bisa disebut dagang sapi dan konspirasi

Sri Bintang Pamungkas : Sebelumnya, berlangsung pertemuan di kantor PDIP di Lenteng Agung, yang dihadiri antara 80-100 pengusaha Cina. Mega didesak mencalonkan Jokowi. Ini terjadi sesudah Mega berkunjung ke Beijing dan Singapura. Di sini terjadi dagang sapi. Nilainya triliunan rupiah. Disebut-sebut taipan Sofyan Wanandi yang memberikan uang ‘suap’ kepada Mega. Bahkan, Mega juga menerima dari Jusuf Kalla, triliun rupiah. Sampai salah satu pendiri PDIP, Sabam Sirait marah, dan mengatakan, PDIP dibentuk bukan untuk diperjual-belikan.

Voa-Islam : Bagaimana dengan cita-cita Mega akan menegakkan ‘Tri Sakti’?

Sri Bintang Pamungkas : Itu tidak mungkin. Di mana Mega bisa membangun ‘Tri Sakti’. Karena Mega bukan seperti Soekarno. Sama, seperti SBY, dahulunya janjinya macam-macam, justru yang terjadi Indonesia dijual. Persis seperti Mega, waktu berkuasa, semuanya dijual kepada asing. Asset negara dan kekayaan Indonesia habis dijual di zaman Mega.

Nantinya, tidak mungkin Mega bisa mengatur Jokowi, karena Mega hanya ketua partai. Sementara itu, Jokowi menjadi presiden. Dengan posisi Jokowi sebagai presiden, Mega bisa apa? Mega tidak akan mampu bisa mengatur Jokowi. Justru yang akan mengatur Jokowi, asing dan para cukong Cina, yang sudah menguasai Jokowi.

Voa-Islam : Bagaimana dengan Rapimnas PDIP di Semarang?

Sri Bintang Pamungkas :  Rapimnas PDIP di sebuah gereja terbesar di Asia, ‘The Holy Stadium’ (Stadion Suci), Petrus Agung. Ini menggambarkan, bagaimana PDIP yang sebagian besar anggota legislatifnya banyak dari kalangan Kristen dan pendukungnya dari kalangan Kristen.

Voa-islam.com : Kesimpulan pilpres ini bagaimana?

Sri BintangPamungkas : Pencapresan ini dapat disimpulkan sebagai kejahatan terhadap negara.Tentu dalam soal ini, terdapat pasal KUHP yang mengancam siapapun yang melakukan kejahatan terhadap negara harus ditindak. Bagaimana mungkin negara sebesar ini dipimpin oleh manusia-manusia yang memperjual-belikan kedudukan sebagai pemimpin ekskutif dari hasil konspirasi yang melibatkan fihak-fihak asing.

Di mana TNI yang saptamargais, sebagai penjaga pelindung negara? Ini harus menjadi perhatian semua fihak dengan kondisi yang ada sekarang ini. Di mana fihak asing dan bandit-bandit lokal bisa  mengendalikan seorang ‘presiden’. (jj)

 


latestnews

View Full Version