JAKARTA (voa-islam.com) - Faizal Assegaf Ketua Progres 98 kembali membuka karma kompas pada publik serta sepak terjang media katolik ini, ia menyatakan akan terus memerangi Kompas yang selama 45 tahun lebih tak ada yang meberikan kritik, "Saya Akan Terus Perangi Kejahatan Kompas, Sampai Seluruh Rakyat Tahu Bahwa Kalian Adalah Penipu Berkedok Pers," tegasnya.
Faizal menjelaskan "Kompas dan kepentingan politik Katolik adalah dua hal yang tak terpisahkan. Fakta tersebut sejak lama telah diketahui oleh kaum terpelajar di negeri ini, lebih-lebih bagi kalangan aktivis yang terlibat dalam dunia pergerakan."
Saya tahu dan memahami sepak terjang Kompas yang gencar membela kepentingan kelompoknya secara licik dan arogan. Di era Orde Baru, media milik Jacobus Oetama itu disebut sebagai Komando Pastor.
"Dan ketika rezim Soeharto tumbang, berganti sikap secara ekstrim menjadi Komando Pembela Aseng (Kompas). Sebuah misi terselubung politik Tionghoa - Katolik guna menguasai hajat hidup mayoritas pribumi secara semena-mena. Sehingga tak heran, bila Kompas sangat ekstrim dan membabi buta melakukan pembelaan terhadap ambisi Jokowi, Ahok dan PDIP. Sembari melindungi kejahatan konglomerat Aseng yang terlibat skandal BLBI menjarah ratusan triliun uang negara." umbar Chairman Progres 98 ini.
Ia mengungkap bahwa Kompas adalah perpaduan afiliasi Tionghoa - Katolitik terbentuk begitu rapi di level elit dan bersenyawa secara homogen ditingkat arus bawah, "Perpaduan afiliasi Tionghoa - Katolitik terbentuk begitu rapi di level elit dan bersenyawa secara homogen ditingkat arus bawah. Yakni, Kompas yang dibantu oleh CSIS beperan sebagai wadah pembentuk opini publik, sementara jaringan Katolik melalui ratusan yayasan binaan Gramedia Group milik Kompas digerakan untuk menjalankan agenda politiknya." tambahnya lagi.
Seperti ia paparkan di Facebooknya, "Dengan berkedok kebebasan pers, isu HAM, Demokrasi, Pluralisme dan aneka jargon yang berorentasi pada kepentingan Neoliberal, secara perlahan, Kompas dan konglomerat aseng melancarkan pembodohan kepada rakyat pribumi."
"Bukan hanya ummat muslim tapi kaum Protestan menjadi sasaran penghancuran diberbagai aspek. Pada pemilihan presiden 2014, gerakan politik Tionghoa - Kompas begitu terlihat mencolok dan sulit untuk dinafikan. Arah dan tujuannya: Memastikan bahwa negeri ini tidak boleh lepas dari cengkraman kepentingan aseng dan asing. Dengan cara itu mereka akan tetap eksis dan berperan sebagai penguasa yang sesungguhnya!" tutupnya.[adivammar/voa-islam.com]