View Full Version
Senin, 06 Oct 2014

Romo Beny Susetyo Memutarkan Balikan Fakta, dan KMP Itu Penjahat?

JAKARTA (voa-islam.com) - Romo Beny Susetyo memutarkan balikan fakta. Sejatinya siapa yang didukung para cukong, mafia, dan konglomerat hitam? Jokowi atau Prabowo? Bahkan,dalam wawancara dengan voa-islam.com, Sri Bintang Pamungkas, mengatakan bahwa kemenangan Jokowi itu, hasil konspirasi asing dan dukungan para 'bandit' lokal, tegasnya.

Sekarang, Romo Beny dengan enteng mengatakan, bahwa seolah Koalisi Merah Putih itu, 'gerombolan' mafia, kelompok anti rakyat, anti demokrasi, tirani, dan diktator'. Bahkan, Metro TV, yang menjadi corong Jokowi, tak mau menyebut Koalisi Merah Putih, dan hanya menyebutkan koalisi pendukung Prabowo. Menyebut Koalisi Merah dianggap najis, terlalu suci bagi Koalisi Merah Putih.

Sejak Koalisi Merah berhasil menyapu bersih pimpinan DPR, kemudian mendapatkan julukan yang sangat buruk. Seperti 'anti demokrasi, anti rakyat, diktator, tirani, dan lainnya.

Padahal, jika PDIP dan Jokowi menang mutlak suaranya dalam pemilihan legislatif dan presiden diatas 60 persen, seperti apa yang akan diperbuat? Apakah PDIP dan Jokowi akan masih memberikan ruang bagi partai lainnya, terutama Koalisi Merah Putih? Lihat saat pemiihan pimpinan DPR, bagiamana perilaku anggota Fraksi PDIP?

Bayangkan, PDIP hanya mendapatkan suara 18 persen di pemilu legislatif, dan Jokowi hanya mendapatkan suara 52 persen, sudah sangat sombong. Sementara itu, Prabowo masih mendapatkan dukungan 46 persen suara, dan didukung enam partai politik, atau 60 persen di DPR. Sedangkan pendukung Jokowi dengan gaya yang sangat pongah, mengatakan, jika mau bergabung dengan koalisi PDIP, tanpa syarat apapun.

Sekarang bingung sendiri. Mengumumkan postur kabinet, 18 profesional dan 16 tokoh partai politik, tanpa secara difinitif menyebut nama menterinya? Inilah Jokowi dan PDIP.

Bahkan, ketika kondisi sudah terpuruk, mengobral kursi kabinet, dan tidak ada yang doyan mengendus kursinya. Sampai Mega harus mengemis meminta bertemu dengan SBY,sesudah terpuruk, menjelang pemilihan ketua MPR, dan ngotot mengaramkan pemilihan melalui voting, dan terus mengoyak-ngoyak anggota Koalisi Merah Putih, seperti mempengaruh PPP, PAN, PKS.

Bahkan, pengakuan Ketua Fraksi PKS dihubungi oleh PDIP, diajak masuk kabinet Jokowi. Sebelumnya, Jokowi mencoba mengadu domba diantara tokoh internal partai yang ada di Koalisi Merah Putih, seperti Golkar, PAN, dan PPP. Tapi, tidak berhasil dan tidak ada yang mau ikut Jokowi.

Sebaliknya,  Romo Beny Susetyo, memberikan resep dan nasehat kepada Jokowi, diminta jangan percaya pengamat politik yang mendorong dirinya untuk melakukan kompromi dengan parpol Koalisi Merah Putih (KMP). Bukankah yang menginginkan bergabungnya Koalisi Merah Putih kepada Jokowi, bukan pengamat justru PDIP dan Jokowi sendiri?

Tokoh agama Kataolik Romo Benny Susetyo menyatakan, masukan dari pengamat itu justru bukan menyelesaikan masalah. Tapi justru membuat masalah.

"Jadi Pak Jokowi tak perlu percaya pengamat. Dan pengamat, bertaubatlah," ujar Romo Benny saat diskusi Gerakan Dekrit Rakyat Indonesia (GDRI) yang bertajuk "Pak Jokowi: Tinggalkan KMP, Bentuk Kabinet Rakyat Anti Mafia!" di Jakarta, Senin (6/10/2014).

Menurutnya, yang dibutuhkan Jokowi sekarang adalah mengembalikan kedaulatan rakyat melalui demokrasi yang kini sedang dibajak kaum pemodal.

"Caranya dengan membentuk kabinet yang anti korupsi, anti mafia dan membuat program-program yang pro-rakyat. Selain itu juga memilih menteri-menteri yang berpihak pada rakyat dan dirinya sebagai presiden terpilih," katanya.

Beny Susetyo menegaskan, banyak pengamat dinilai mendorong Jokowi untuk melakukan komunikasi dan kompromi kepada KMP. Kompromi itu dinilai, adalah satu bentuk pragmatisme yang mengangkangi kedaulatan rakyat. 

Siapa yang butuh? Koalisi Merah Putih atau Jokowi dan PDIP? Inilah yang harus diluruskan. Jangan mengatakan Koalisi Merah Putih itu, gerombolan 'penjahat' yang harus diringkus dan dimasukan ke bui.

Sementara itu, Jokowi dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) itu, kumpulan para malaikat yang tidak memiliki nafsu kekuasaan? Saat Mega berkuasa, menjual asset negara, dan tak kurang 158 kader masuk bui, karena korupsi. Ngakunya partai 'wong cilik' yang selalu cinta rakyat, terbukti mengkhianati rakyat. [jj/dbs/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version