View Full Version
Sabtu, 11 Oct 2014

Kanjeng Haryo Puger: Peristiwa Alam, Pasti Berpengaruh Pada Kehidupan di Bumi

SOLO(voa-islam.com) - Peristiwa gerhana bulan merah darah, dianggap sebagian kalangan sebagai sebuah pertanda zaman. Kangjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Puger, Pengageng Museum dan Pariwisata Keraton Surakarta, membenarkan jika fenomena bulan berdarah adalah sebuah peristiwa alam, yang pasti berpengaruh pada kehidupan di bumi.

“Dalam simbol Radya Laksana Keraton Surakarta, jelas ada gambar bumi, bulan, bintang, dan matahari. Artinya semua saling terkait, karena merupakan hubungan sebab dan akibat, yang pasti berpengaruh pada kehidupan itu sendiri,” jelas Gusti Puger kepada Joglosemar, Rabu (8/10/2014) malam.

Pengaruh itu bisa saja positif atau negatif. Apalagi, sebelum peristiwa bulan berdarah terjadi, Gusti Puger merasakan perubahan cuaca secara ekstrem di Solo dan sekitarnya.

Keraton sebenarnya dari dulu pasti mencatat semua peristiwa itu, untuk kemudian dianalisa dan dijadikan sebagai sebuah peringatan.

“Untuk itu, mari sikapi fenomena alam ini dengan bijak, dan jangan disepelekan. Semoga saja pengaruhnya positif bagi kita semua, karena yang berlaku di alam ini adalah hukum sebab akibat itu sendiri,” bebernya.

Dalam mitologi Asia, peristiwa alam yang mencolok, kerapkali dianggap sebagai sebuah pertanda akan terjadinya sesuatu hal. Dalam catatan beberapa babad atau naskah kuno, disebutkan sebelum terjadi bencana alam besar, atau peristiwa besar lainnya, pasti terlebih dahulu muncul pertanda alam.

Masalah kebenarannya bagaimana, hanya sang Waktu tentunya yang bisa menjawab dengan tepat.demikian di lansir dari joglosemar.com

Bagaimana Islam Memandangnya?

Fenomena alam yang bernama gerhana bulan atau gerhana matahari adalah sebuah tanda dari kekuasaan Allah dan kita wajib untuk mengimaninya. Maka apa yang banyak disangka oleh manusia secara umum adalah salah belaka, karena apa yang terjadi bukanlah pertanda adanya peristiwa besar akan tetapi benar benar murni atas kekuasan Allah.

Di zaman Rasulullah SAW misalnya, pernah terjadi gerhana matahari yang bersamaan dengan kematian putra Rasulullah SAW yang bernama Ibrahim. Orang-orang pada saat itu menganggap terjadinya gerhana karena kematian putra Nabi tersebut.

Pemahaman yang salah ini diluruskan oleh Rasulullah. Dalam Islam, gerhana bulan atau matahari adalah bentuk keagungan Allah sebagai Maha Pencipta. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam Hadits Riwayat Bukhari Nomor 1.044,

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat gerhana tersebut, maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah”.

Sebagaimana telah disyariatkan dalam ajaran Islam, setiap kali terjadi peristiwa gerhana, baik bulan maupun matahari disunatkan melaksanakan shalat gerhana.Peristiwa ini hendaknya kita jadikan sebagai peringatan untuk meningkatkan taqwa kepada Allah swt, Tuhan yang mengatur segala keadaan dan kejadian, Dzat Yang Maha Kuasa yang kekuasaan-Nya tidak dapat dibatasi oleh siapapun dan kekuatan manapun.

Sudah seharusnya kita sebagai makhluk-Nya untuk menghamba dan mengabdi hanya kepada-Nya, tiada tempat berlindung dan meminta pertolongan kecuali kepada-Nya. Untuk itu marilah kita jauhkan segala keangkuhan, kesombongan, dan segala macam perbuatan yang mendorong ke arah pensekutuan kepada-Nya. Dengan bekal taqwa inilah yang akan mengantarkan kita kepada keselamatan dan kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Luqman ; 29).

Kita telah menyaksikan betapa Allah menjadikan alam seisinya, mengatur peredaran waktu, pergantian siang dan malam, kerapian peredaran seluruh benda langit yang tak terhingga jumlahnya tanpa terjadi benturan antara satu dengan yang lainnya, semua itu memberi pelajaran bagi hambanya untuk senantiasa berfikir mengambil hikmah atas seluruh peristiwa yang terjadi di alam semesta.

Sudah menjadi tugas manusia yang diberi karunia akal fikiran untuk memahami ayat-ayat kauniah yang banyak berbicara tentang alam semesta. Meskipun memiliki bekal yang sangat terbatas, manusia harus mencoba memahami sesuai dengan kemampuannya. Berkaitan dengan ciptaan Allah di seluruh jagad raya ini secara jelas disebutkan dalam Al-Qur’an, misalnya dalam surat Ali Imran ayat 190:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (QS Ali Imran: 190)

Sebagai seorang muslim, selain kita melihat gerhana bulan ini sebagai peristiwa alam, kita juga harus meniliknya dari sudut pandang syariat sebagaimana yang dijelaskan dari beberapa Hadits Rasulullah Saw. [syahid/Protonema/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version