JAKARTA (voa-islam.com) - Belum pernah sepanjang sejarah Republik ini pengamanan pelantikan seorang presiden begitu sangat luar biasa. Seperti seorang presiden yang akan dilantik itu benar-benar dalam ancaman dan bahaya.
Sejak zaman Soekarno, Soeharto, Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, dan SBY. Baru pertama kali ini pengamanan seorang calon presiden begitu sangat luar biasa.
Seperti disampaikan oleh Kapolri Jenderal Sutarman, pengamanan pelantikan Jokowi, di mana Polri mengerahkan 22.000 personil. Diback (didukung) tujuh Polda, dan masih dikerahkan ribuan personil TNI. Mengapa begitu luar biasa pengamanan terhadap Jokowi?
Belum lagi, pengamanan yang sifatnya tertutup dari aparat intelijen. Entah berapa banyak intelijen yang digerakan mengamankan pelantikan Jokowi? Mendeteksi secara dini kemungkinan adanya ancaman dan gangguan acara pelantikan presiden. Begitu pentingnya?
Bahkan, tak kurang menurut Kapolri Jenderal Sutarman, pengamananan terhadap pelantikan Jokowi, sampai empat lapis. Semua tempat-tempat objek vital di seputar Senayan ikut diamankan. Tidak main-main. Sungguh ini sebuah perlambang kegentingan. Kegentingan yang sangat luar biasa. Sejatinya, siapa yang mengancam pelantikan Jokowi?
Kapolri Jenderal Sutarman dan Panglima TNI Jenderal Moedoko, keduanya memberikan jaminan, pelantikan Jokowi dijamin akan berjalan lancer, tidak ada gangguan. Ketua MPR Zukifli Hasan memastikan pelantikan Jokowi akan berjalan dengan lancar.
Lalu, apa motive aparat keamanan begitu sangat luar biasa melakukan pengamanan terhadap Jokowi? Mengapa tidak diumumkan secara terbuka oleh fihak keamanan, siapa yang akan mengacaukan pelantikan Jokowi? Sehingga, rakyat tahu kelompok mana dan kekuatan politik mana yang akan mengacaukan pelantikan Jokowi?
Seharusnya, momen yang bersejarah, saat pelantikan Jokowi, yang katanya merakyat dan dicintai oleh rakyat, tidak bisa dibuat menjadi gembira, setiap orang atau rakyat Indonesia bisa melihat dan menikmati pelantikan Jokowi. Bukan sebaliknya suasana menjadi ‘horor’, seakan Jokowi menghadapi musuh, dan akan membunuhnya, atau ada aksi massa yang akan menggagalkan pelantikannya.
Semuanya seperti diciptakan ‘psywar’ (perang-perang urar-saraf) oleh fihak aparat keamanan, situasi genting, dan perlu adanya pengamanan yang sangat ekstra.
Selama ini Jokowi selalu dikatakan sebagai sosok yang dicintai rakyat, sosok yang merakyat, suka ‘blusukan’, dan segala aksesoris lainnya, yang dilekatkan dengan sangat indah. Tapi, mengapa pelantikan Jokowi, harus diciptakan kondisi yang luar biasa, seakan negara tidak aman. Negara dalam bahaya, dan bisa mengancam pelantikan presiden.
Padahal, berbagai isu-isu yang sangat negative, justru diciptakan oleh para pendukung Jokowi, yang selalu diliputi oleh ilusi, dan paranoid (ketakutan) yang sangat luar biasa, dan berpikir sangat tidak normal, seperti kemungkinan Jokowi dilengserkan. Ini cara-cara berpikir intel yang selalu melakukan tindakan yang disebut ‘pre-emptive’ (menyerang lebih dahulu sebelum diserang). Begitulah rumus intelijen.
Memang, sejak kekalahan beruntun hingga lima-kali voting, dan sekarang lembaga DPR dan MPR, dikuasai oleh Koalisi Merah Putih, seperti mereka yang menjadi ‘backbone’ (tulangpunggung) Jokowi, seperti mimpi buruk terus-menerus, hidup tidak normal, dan diliputi kecemasan dan paranoid. Sungguh saat aneh.
Kalau Jokowi memang dicintai rakyat, dan kampanye melalui media social, seperti Facebook, Twitter, dan media massa begitu massive, dan sangat berhasil, mengapa harus masih diliputi ketakutan?
Tak kurang-kurang jauh dari AS, Mark Zuckerberg CEO Facebook datang dan bertemu dengan Jokowi memberikan dukungan kepadanya. Jadi apa yang masih kurang? Sangat tidak beralasan adanya ketakutan itu. Jadi siapa sebenarnya Jokowi itu? (dimas)