JAKARTA (voa-islam.com) - Ditengah-tengah demam dan euferia pelantikan Jokowi, dan gegap gempitanya media-media sekuler, liberal, dan phalangis (kristen), yang mempropagandakan Jokowi, sampai Majalah Time pun menjadikan 'cover' Jokowi, dan memberi titel, Jokowi sebagai 'A New Hope". Benarkah Jokowi sebagai 'A New Hope"?
Sementara itu, begitu luar biasa berlangsung lobi menjelang pelantikan Jokowi, supaya pelantikan Jokowi itu sukses. Tak kurang para pimpinan MPR, harus melakukan lobi para pimpinan partai politik, dan memastikan para pimpinan partai politik itu hadir.
Satu-satu pimpinan partai politik, termasuk para mantan pejabat negara, dihubungi guna memastikan kehadiran mereka.
Sebelumnya, sejak Koalisi Merah Putih, menguasai DPR dan MPR, terus berlangsung kampanye negatif terhadap Koalisi Merah Putih, yang sengaja dihembuskan oleh kalangan pendukung Jokowi, bahwa seakan Koalisi Merah Putih, bertujuan ingin melengserkan Jokowi, dan menjegal pelantikannya.
Sehingga, semua yang berkembang hanyalah gambaran negatif terhadap Koalisi Merah Putih, dan menjadi perdebatan yang sangat ramai, terutama oleh media pendukng Jokowi.
Di tengah euferia dan gempita dukungan kepada Jokowi, bahkan cenderung sebagai 'pressure' (tekanan) politik, sungguh sangat menarik, sikap yang diambil oleh Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, yang sampai hari ini, belum menentukan sikap dan memastikan kehadirannya, saat pelantikan Jokowi.
Ini menunjukkan Prabowo, bukan sebagai seorang politisi semata, tapi Prabowo, merupakan sosok pemimpin yang memiliki pendirian, memiliki sikap tegas, dan berprinsip. Tidak mengikuti 'angin' kemana bertiup.
Prabowo, usai pengumuman KPU, tanggal 23 Juli, tentang kemenangan Jokowi, justru Ketua Umum Partai Gerindra itu, menolak hasil pilpres, dan tidak mengakui hasilnya. Sampai diputuskan oleh MK (Mahkamah Konstitusi), dan dimenangkan oleh Jokowi.
Sikap Prabowo itu, tidak hanya ditujukan kepada pribadi Jokowi, juga sikap dan visinya tentang masalah-masalah yang pokok dan fundamental bangsa.
Terkait dengan masa depan Indonesia, penguasaan oleh asing atas sumber daya alam, asset negara, yang notabene, dan kebocoran menjadi perhatian Prabowo.
Ketua Umum Gerindra itu, menegaskan ingin menegakkan kedaulatan ekonomi, politik, dan hidup mandiri, tidak dalam penjajah asing.
Sekjen Partai Gerindra, Muzani, sore tadi (Kamis) di TVONe, bahwa banyak desakan dari kalangan internal Gerindra, termasuk para tokoh-tokohnya, yang menginginkan agar Prabowo dan Partai Gerindra tidak hadir dalam upacara pelantikan Jokowi.
Jika ini terjadi, dan Prabowo dan Gerindra memilihh tidak hadir, maka ini akan menjadi sejarah baru bagi sebuah gerakan oposisi di Indonesia. Prabowo dan Gerindra akan menjadi inspirasi generasi baru Indonesia dalam berpolitik.
Jika Prabowo dan Gerindra menyakini sebuah kebenaran, biarpun dia hanya seorang diri, atau hanya sendirian, dia berani melaksanakannya. Itulah sikap politik seorang pemimpin yang sejati. Tidak pragmatis.
Prabowo dan Gerindra akan dikenang sebagai sosok sebuah gerakan politik yang memiliki prinsip, jati diri, tidak mengikuti arus, dan oportunis. Prabowo dan Gerindra memiliki keyakinan dan berprinsip. Itulah model pemimpin yang dibutuhkan bagi masa depan Indonesia.
Selebihnya, Prabowo mendapatkan dukungan suara 62.576.444 atau 46,85 persen dari rakyat. Ini tidak sedikit. Kalangan yang terdidik perkotaan dan santri menjadi pendukung utama Prabowo. Inilah yang harus diingat oleh Prabowo, ketika harus menentukan sikap pollitiknya. (jj/dbs/voa-islam.co)/