SOLO (Voa Islam) - Kemarin sabtu dan ahad (18-19/10/2014) bertempat di dua masjid berbeda, diadakan Bedah Buku karya seorang Ulama asal Saudi Arabia, yakni Syekh Salman Al Audah.
Sabtu malam, mulai pukul 21.15 hingga 22.45 di masjid Istiqlal, Sumber, Solo, Ustadz Abu Fatiah Al Adnani membedah buku Bersama Alloh. Ustadz muda asal Kemayoran, Jakarta yang amat produktif menulis buku-buku bertema Akhir Zaman ini menyampaikan ulasan tentang Tauhid Asma wa Shifat dengan mudah dan menyenangkan.
Beliau mengawali kajiannya dengan memutarkan sebuah film pendek yang bertajuk Talk Of Islam. Diproduksi oleh kaum muda Islam Britania Raya, Film singkat tersebut mengemas pesan makna kehidupan dan ajakan mendalami Islam dengan ulasan yang dibawakan dengan nada seorang Rapper. Menurut informasi yang didapat, dalam kurun waktu relatif singkat, paling tidak sudah 65-an orang kafir di Eropa masuk Islam setelah melihat film tersebut. Masya Alloh!
Ustadz Abu Fatiah kemudian membahas 4 asma Alloh Azza wa Jalla dengan lugas dibantu media layar lebar yang memantulkan gambar-gambar illustratif dari laptopnya. Peserta kaji yang memenuhi ruangan utama dan beranda masjid sangat bersemangat dan dicerahkan dengan ulasan beliau. Terbukti dari 4 buku yang disediakan dari panitia bagi penanya habis.
4 Tipe Rezeki yang Disediakan Alloh bagi Hamba-hambaNya
Ustadz Abu Fatiah saat menyampaikan asma Alloh, yakni Ar Rozaaq, mengkritisi sikap kebanyakan kaum muslimin yang hanya mencukupkan diri pada 2 model rezeki yang disiapkan Alloh bagi hambaNya.
Kaum muslimin banyak yang cukup berpuas diri dengan rezeki yang memang telah dijamin Alloh dan rezeki yang memang didapatkan sesuai kerja hamba-hambaNya. Padahal ada 2 (dua) tipe rezeki lainnya yang harus dikejar, yakni rezekinya orang bersyukur dan rezeki orang-orang yang selalu menjaga serta meningkatkan ketaqwaannya kepada Alloh Azza wa Jalla.
Sedangkan pada ahad pagi (19/10/2014) di masjid Baitul Makmur, Solobaru, buku Syekh Salman yang berjudul Bagaimana Kita Berbeda Pendapat dibedah langsung oleh DR. Mu'inuddinillah Basri, MA selaku Ketua Umum Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS).
Berbeda dengan acara di masjid Istiqlal, bedah buku di mesjid Baitul Makmur ditambah dengan acara teleconference langsung dengan Syekh Salman Al Audah dengan penterjemah dan pewawancara oleh Ustadz Mu'in. Acara dimulai pukul 09.15 dan selesai menjelang waktu sholat Dhuhur.
Acara Bedah Buku karya Syekh Salman Al Audah ini diselenggarakan dengan kolaborasi antara Dewan Syariah Kota Surakarta, Mutiara Publishing dan Lembaga Beasiswa Tahfidz Indonesia. Tujuannya adalah untuk mendekatkan masyarakai muslim Indonesia terhadap karya-karya Syekh Salman itu sendiri.
Peserta acara memang tampak lebih banyak di masjid Istiqlal, sekalipun memang dua masjid ini (dengan Baitul Makmur) adalah tempat yang seringkali dipakai untuk acara-acara kajian para aktivis Islam se-Soloraya.
Hubungan Karya Tulis dengan Realitas
Ada ungkapan Syekh Salman yang disampaikan via teleconference yang cukup menarik untuk dikaji lebih lanjut. Yakni saat beliau melemparkan semacam otokritik, bahwa beliau telah menulis ratusan judul buku, apakah kondisi Ummat Islam terutama para pemudanya semakin membaik atau sebaliknya?
Dan setelah menjawab beberapa penanya dari kalangan peserta kajian, DR. Mu'in bertanya sendiri kepada Syekh Salman tentang IS(IS) dengan terlebih dahulu menyampaikan pendapat pribadinya. Menurut DR. Mu'in (karena suara Syekh Salman hanya terdengar di headset yang dipakainya), Syekh Salman sependapat dengannya bahwa IS(IS) adalah fitnah besar. Khilafah dengan bai'at adalah seperti jual-beli yang harus didasari saling rela (ridho) bukan dipaksakan, katanya.
Namun ketika ada penanya yang menyampaikan ayat Qur-an tentang orang-orang yang mendengarkan perkataan dan hendaklah mencari yang terbaik daripada itu (QS. Az Zumar: 18), DR. Mu'in menanggapi dengan gayanya yang khas, bahwa ia menganjurkan agar jangan 'ngaji' hanya satu orang saja termasuk kepada dirinya. Baik apabila mengaji dengan banyak ustadz lalu saat beramal mengambil pendapat yang menurutnya terbaik.
Maka jika dikaitkan dengan perkataannya dan sikap Syekh Salman terhadap IS(IS) dengan sendirinya para peserta kaji boleh berpendapat yang berbeda, sesuai isi dari buku yang dibedah tersebut. karena pada akhirnya, soal ibadah memang sudah seharusnya dipertanggungjawabkan masing-masing individu. Wallohu a'lam. (AF/Voa Islam.com)