DOMPU, BIMA (Voa Islam) - Ingatkah kita tentang pembunuhan diluar batas hukum (extra judicial killing) yang dilakukan lembaga superbody - Densus 88 AT- terhadap pemuda muslim warga Dompu, Bima pada hari Sabtu (20/09/2014) lalu? Nurdin, begitu pemuda muslim itu biasa dipanggil.
Nurdin dibunuh Densus-88 secara sadis dalam kondisi sedang melaksanakan Shalat Ashar dimana keluarga kemudian hanya menemukan sekeping pecahan tengkorak kepala dan percikan darah disekitar tempat sholatnya seusai jenazah langsung dibawa paksa oleh polisi.
Seperti yang diberitakan oleh Kiblat.net, Forum Umat Islam (FUI) Dompu Nusa Tenggara Barat ormas Islam dan lembaga-lembaga terkait untuk membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) kematian Nurdin yang ditembak oleh Densus 88.
“Demi tegaknya keadilan Hakiki, maka kami mendesak Komnas HAM, Ormas Islam, PUSHAMI, TPM, Partai Islam dan lain-lain, untuk mengusut kasus penembakan oleh Densus 88 terhadap almarhum Nurdin, pada hari sabtu 20 september 2014 kemarin,” kata Jubir Forum Umat Islam (FUI) Dompu, Ustad Muhammad Taqiyudin pada Kamis (25/9/2014).
Menurut FUI Dompu, TPF dibutuhkan untuk mencari fakta sebenarnya agar mencegah penyesatan opini terhadap peristiwa penembakan Nurdin. Selama ini selalu informasi tentang operasi penangkapan aktivis muslim selalu satu arah dari pihak kepolisian semata-mata dan media massa mainstream kebanyakan hanya memberitkan bulat-bulat tanpa sikap kritis yang semestinya dimiliki insan jurnalistik.
Santunan Jama'ah Anshorut Tauhid Bima
Di siang hari yang cukup panas, tepatnya hari Sabtu (25/10), pada pukul 11.30, rombongan ikhwan dan umahat anggota JAT Bima tiba di kediaman rumah bapak Abdullah yang merupakan ayah kandung dari akhuna as-syahid (Insya Allah) Nurdin.
Sebagimana dalam pemberitaan diberbagai media sekitar sebulan yang lalu, bahwa Nurdin merupakan salah satu korban kebiadaban Densus laknatullah'alaih dengan dalih memberantas terosime. Di rumah orang tuanya yang berlokasi di desa O'o, kabupaten Dompu itulah Nurdin di bunuh Densus. Ia ditembak tiga kali dari jarak dekat tepat di kepala ketika sedang sujud melaksanakan shalat ashar.
Kedua orang tua beserta istri akhuna Nurdin, dan anggota keluarga yang lain menyambut hangat kedatangan kami. Bahkan ibu-ibu sekitar desa O'o juga menyambut kedatangan rombongan dengan jamuan makan siang.
Dalam kesempatan tsersebut, akhuna Fadly selaku Katib Jamaah Ansharut Tauhid Wilayah Nusa Tenggara (JAT Nusra) menjelaskan kepada bapak Abdullah bahwa kedatangannya bersama rombongan adalah dalam rangka silaturahmi sekaligus untuk menyerahkan bantuan dari JAT untuk keluarga akhi Nurdin.
Bantuan berupa dana tunai dan paket sembako tresebut diterima langsung oleh bapak Abdullah dan keluarga. Dan beliaupun sangat berterima kasih.
Dalam pertemuan yang berlangsung skitar dua jam tersebut kami -rombongan JAT Bima- berbincang banyak hal utamanya soal peristiwa penembakan Nurdin.
"Saya sama sekali tidak surut, malah bertambah semangat dengan kematian Nurdin". Demikian ucap pak Abdullah dengan bangga.(AF/AN/Voa Islam.com)