BRISBANE (voa-islam.com) - Di tengah sanjungan yang melangit kepada Jokowi, sejak pertemuan APEC di Beijing, ASEAN di Myanmar dan G20 di Brisbane, Australia, tak henti-henti puja-puji bagi Jokowi. Terutama kampanye oleh media sosial di dunia internasional.
Tapi, Tabloid Australia, The Courier Mail, pada sampul depan edisi Jumat 14 November, merilis gambar karikatur para pemimpin negara yang sedang menggelar pesta barbeque. Judulnya bernada nyinyir, "Welcome to Paradise."
Tampaknya karikatur itu merupakan sindiran media atas para pemimpin yang ikut dalam KTT G20 di Kota Brisbane, Australia, akhir pekan ini.
Foto sampul yang menyebar di media sosial itu menggambarkan Presiden Indonesia Jokowi sebagai pemanggang daging, serta Presiden AS Barack Obama bertelanjang dada dengan celana renang.
Belum jelas apa motifnya karikatur yang sangat sarkastis itu? Apakah Indonesia dan pemimpinnya hanya sekelas tukang masak daging?
Memang agak aneh dari penyambutan kepada 20 pemimpin dunia yang digambarkan oleh salah satu media terbesar di negara itu yang menggambarkan Presiden Indonesia Jokowi sebagai "jongos"nya para pemimpin negara-negara kaya, kapitalis, yang merupakan negara-negara kolonialis, seperti Amerika, Australia, dan sekutu-sekutunya.
Lalu Kanselir Jerman Angela Merkel sedang memeluk seekor Koala, dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenakan sebuah topi terbuat dari karton kemasan bir. Tulisan yang menyertai karikatur itu pada bagian dalam, berisi kecaman atas jatuhnya pesawat MH17.
Pada tulisan yang ditujukan kepada Presiden Vladimir Putin, tabloid itu menyampaikan terima kasih atas kunjungannya ke Australia. "Tapi sebelum pertemuan dimulai, ada satu kata yang orang Australia ingin dengar - maaf."
Barat menuding Rusia terlibat dalam tragedi jatuhnya pesawat Malaysia Airlines di Ukraina, yang diyakini ditembak jatuh oleh pemberontak Ukraina menggunakan rudal yang dipasok oleh Rusia.
Namun berita tendensius media Australia itu tidak menyinggung bukti-bukti terbaru, yang mengungkap adanya upaya pemerintah Ukraina untuk menutupi kasus dengan memanipulasi, serta menghilangkan bukti-bukti yang dapat mengungkap fakta sebenarnya.
Tidak dijelaskan juga mengapa media Australia itu harus menggambarkan Jokowi mengenakan peci sebagai pemanggang daging. Dengan karikatur itu, sejatinya menunjukkan Australia tidak bersahabat terhadap Indonesia. Meskipun, The Courier Mail, belum tentu mencerminkan sikap pemerintah Australia.
Dibagian lain, Wakil Presiden JK menanggapi pernyataan Menteri Maritim Susi, agar Indonesia keluar dari G20, mengatakan, bahwa dengan bergabung dalam G20 justru pemerintah bisa memberikan masukan-masukan bagaimana ekonomi internasional bisa membantu meningkatkan perekonomian Indonesia, demikian pula sebaliknya.
Menurut JK, hanya Presiden Jokowi yang bisa memutuskan apakah Indonesia perlu keluar atau tidak dari keanggotaannya di G20. "Minta atau tidak, boleh saja semua orang berpendapat kita harus keluar. Tapi G20 bukan minta dan tidak minta. Itu fakta bahwa kita anggota tanpa meminta," ujar JK.
Beberapa waktu lalu Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sempat melontarkan pernyataan bahwa tak ada untungnya Indonesia bergabung dengan G20.
"Forum G20 tidak bisa kasih keputusan. Kita bukan kelompok negara G8 yang bisa bikin kebijakan, kita hanya ikut sebagai penggembira saja. Kita orang dagang. Lobi diplomatik bukan urusan kita," tegas Susi.[afgh/dbs/voa-islam.com]