JAKARTA (voa-islam.com) - Adakah nasib Partai Golkar akan seperti PPP? Dihancurkan atau hancur dari dalam? Sekarang ini Golkar menjadi 'backbone' (tulang punggung) Koalisi Merah Putih (KMP), tentu rezim baru berkepentingan melemahkan Golkar. Dengan cara memenfaatkan unsur-unsur di dalam Golkar.
Sejak sebelum pilpres berlangsung, sudah ada unsur-unsur dari dalam Golkar, yang ingin menumbangkan Aburizal Bakrie, dan membawa Golkar masuk dalam gerbongnya PDIP, dan menjadi pendukung Jokowi. Skenario sekarang yang terjadi di Golkar persis seperti di PPP. Kemudian, pemerintah Jokowi mendukung para 'brutus' (pengkhianat), dan memberi legalitas mereka.
Tetapi, langkah-langkah yang diambil oleh unsur-unsur Golkar itu, gagal. Unsur-unsur yang pro-Jokowi itu, sudah sangat keras, berusaha mendorong kongres Golkar, sebelum penyusunan kabinet, tapi tak berhasil.
Kemarin, rapat pleno DPP Partai Golkar yang dipimpin Ketua Umum Aburizal Bakrie, ditunda lantaran rusuh. Kerusuhan ini, bukan karena ulah anggota DPP yang ikut rapat. Melainkan, sekelompok anggota Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) pimpinan Yoris Raweyai, memaksa menerobos masuk ruangan rapat.
Yorris dengan sejumlah massa yang berpakaian loreng hitam-kuning, meneriakkan kalau pleno ini tidak sah. Peserta rapat pleno kaget saat Yorris dan massanya masuk menerobos ruang rapat tertutup itu. Yorris dan pendukungnya juga berteriak memanggil Waketum Fadel Muhammad dan Nurdin Halid.
Ketum Aburizal Bakrie yang memimpin sidang saat itu, harus dievakuasi. Dia memutuskan rapat di skors terlebih dahulu. Yorris dan massanya, akhirnya diajak berdiskusi oleh Ketua DPP yang juga calon ketum Priyo Budi Santoso dan Agung Laksono. Praktis, ruangan rapat pleno dikuasai oleh massa AMPG
Kisruh saat rapat pleno Partai Golkar dinilai sebagai hal yang lazim. Sebab, jelang Musyawarah Nasional (Munas) Golkar selalu diwarnai keramaian alias konflik sesama kader.
Dibagian lain, Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Fadel Muhammad mengatakan, perbedaan pendapat antara kader Partai Golkar jelang Munas IX di Bali pada 30 November nanti sebagai hal yang biasa dalam sebuah organisasi maupun partai.
"Setiap Munas Partai Golkar itu selalu ramai, kita sudah mengerti dan sudah biasa," kata Fadel, kepada kepada wartawan di Jakarta, Senin (24/11/2014).
Meski demikian, Fadel meyakini bahwa pelaksanaan Munas nanti akan berjalan mulus. "Saya yakin berjalan lancar, saya berharap semua pihak menggunakan cara yang benar tanpa kekerasan," tandas Fadel.
Sebelumnya, mantan Ketua Umum AMPG, Yorrys mendatangi DPP Partai Golkar. Tujuan Yorrys untuk menolak percepatan pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) ke IX Partai Golkar di Bali, pada 30 November nanti.
"Cari Nurdin, Ali Mochtar, Fadel. Cari siapa saja yang kemarin mengaku partai ini mereka punya," kata Yorrys. Menurut Fadel, selain karena tidak terpilih sebagai anggota DPR, kekecewaan Yorrys juga akibat tak lagi menjadi pengurus DPP partai berlambang pohon beringin itu.
Selanjutnya, menurut Fadel, mengomentari sikap Yorrys, "Dia (Yorrys) bukan ketum AMPG dan bukan menjadi pengurus Partai Golkar lagi, mungkin karena itu dia sakit hati, bawa rombongan bikin kisruh masuk ke ruangan rapat," kata Fadel.
Untuk itu, kata Fadel, Yorrys dengan sengaja membuat ricuh rapat yang digelar DPP Partai Golkar untuk persiapan Musyawarah Nasional (Munas) di Bali pada 30 November nanti.
"Mungkin (kekecewaan) itu bertumpuk, makanya dilampiaskan. Mereka tidak mau mengakui 30 November itu digelar," jelas Fadel.
Selanjutnya, politikus Partai Golkar Agun Gunanjar menyatakan dirinya akan menjadi inisiator musyawarah tandingan. Ia akan lakukan hal tersebut apabila Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie terus memaksakan diri untuk tetap menjadi ketua umum.
"Iya lah. Saya akan menjadi inisiator untuk membentuk Muna tandingan. Ini kan sudah mereka skenariokan di lapangan. Kalau diluluskan, ini melanggar tata cara pemilihan ketum," ujar Agun di Gedung DPR, Jakarta, Senin (24/11).
Sebelumnya, Agun juga sempat mengancam akan membentuk DPP Golkar tandingan apabila Munas IX tidak berjalan secara demokratis. Bersama dengan para calon ketua umum lainnya yang menjadi lawan Ical, ia akan membentuk DPP tandingan apabila ditemukan ketimpangan dalam pelaksanaan Munas ke IX nanti.
Munas belum berlangsung, namun ketimpangan itu sudah terlihat di mata Agun. Dalam rapat pleno sore tadi, Ical langsung mengumumkan pimpinan panitia musyawarah nasional Golkar ke IX yakni Nurdin Khalid dan Fadel Muhammad. Agun mengatakan Ical tidak melakukan pembahasan tentang hal tersebut kepada anggota partai sebelumnya.
Ia mengaku dalam rapat tadi ia beserta dengan sejumlah anggota lainnya langsung meminta interupsi karena tidak setuju dengan langkah Ical yang langsung 'tunjuk' panitia sendiri. "Kalau panitia tidak diubah, Ical akan menang secara aklamasi," tegas Agun.
Sementara itu, berdasarkan informasi yang dihimpun, Nurdin Halid dipercayai oleh Ical dan Idrus Marham untuk mengumpulkan DPD I agar mau mendukung Ical. Nurdin dikatakan akan membuat skenario di Munas XI Golkar, Aburizal Bakrie terpilih secara aklamasi.
Jika Golkar masih bisa selamat, tapi pasti akan tetap menyisakan konflik, dan tidak tertutup kemungkinan akan lahir partai baru. Seperti Nasdem yang dipimpin Surya Paloh adalah akibat kekalahan Surya Paloh di Pekanbaru melawan Aburizal Bakri.
Jauh sebelumnya, lahir pula PKPI yang dipimpin oleh Jendral Edi Sudrajat, tak lain unsur-unsur Golkar yang kalah melawan Akbar Tanjung. Jadi, Golkar sekarang menghadapi skenario untuk dihancurkan, supaya jangan menjadi ancaman bagi pemerintah baru yang dipimpin oleh Jokowi. [dimas/dbs/voa-islam.com]