View Full Version
Kamis, 27 Nov 2014

Akbar Tanjung : Ada Tangan KIH Dibalik Perpecahan Golkar

JAKARTA (voa-islam.com) - Menurut Akbar Tanjung, konflik di internal tak dapat dilepaskan dari tangan-tangan Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Tokoh-tokoh yang ingin menjungkirkan Aburizal Bakrie, tak lain, mereka itu tokoh yang sudah 'kebelet' dengan kekuasaan, dan semula mereka sudah berniat bergabung dengan PDIP dan Jokowi.

Hal ini, seperti dikemukakakn oleh Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung bahwa, ada beberapa bakal calon ketua umum Partai Golkar yang ingin mengalihkan dukungan ke pemerintahan Jokowi.

"Memang ada calon yang juga ikut dalam proses pemilihan ini, kalau dia terpilih akan membawa partai ini untuk mendukung KIH," kata Akbar, saat jumpa pers, di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Rabu (26/11/2014).

Akbar meminta agar semua pihak bisa menahan diri. Sebab, apapun hasil keputusan Munas Partai Golkar di Bali nanti, tidak akan merubah kebijakkan partai untuk tetap bersama Koalisi Merah Putih (KMP) mengawal pemerintahan Jokowi selama lima tahun ke depan.

"Kita sepakat bahwa dalam Munas Golkar tetap di KMP. Dalam konteks itu siapapun yang terpilih nanti harus taat pada keputusan munas bahwa Partai Golkar tetap di KMP," tegas Akbar.

Dalam kesempatan itu, Akbar mengingatkan kepada seluruh kader Partai Golkar untuk menahan diri dan tetap berada pada garis kebijakan partai. Sebab, konflik yang terjadi dapat memecah belah partai.

"Konflik yang terjadi saat ini bisa mengarah ke perpecahan. Jangan sampai mengganggu daripada keutuhan soliditas partai. Kami siap sebagai wantim untuk memediasi komunikasi itu," kata Akbar.

Sebelumnya, kericuhan saat rapat pleno Partai Golkar disinyalir atas keterlibatan pihak dari luar partai berlambang pohon beringin itu. Sebab, kericuhan itu tidak akan terjadi jika memiliki tujuan yang sama, yakni membesarkan partai.

"Kalau kita lihat banyak sekali calon-calon ketua umum, ada salah satu dari mereka jika jadi ketua umum, ingin membawa Golkar ke KIH," kata Ketua OC Munas, Ahmadi Noer Supit, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (25/11/2014). 

Sementara itu, mantan Ketua Umum Partai Demokrat,  Anas Urbaningrum mengamini jika ada keterlibatan pihak eksternal dalam konflik yang terjadi di Partai Golkar.

Pasalnya konflik yang terjadi saat ini berbeda dan kuat aroma keterlibatan pihak di luar Golkar.

"Sbg partai yg sudah makan asam garam politik, Golkar pasti paham realitas konflik skrg ini bisa berbahaya," ujar Anas lewat akun twitternya @anasurbaningrum, Kamis (26/11/2014).

Anas menilai, partai politik sekelas Golkar diyakini sudah berpengalaman dalam mengelola konflik di inetrenal. Sebab Golkar terdiri dari banyak faksi-faksi di dalamnya.

"Faktanya, Golkar adalah salah satu aset bangsa dan kekuatan demokratisasi yg penting, dgn kelebihan dan kekurangannya," katanya.

Anas mengatakan, konflik yang terjadi di internal Golkar sudah membahayakan masa depan parpol tersebut. Sebab dengan menunjukan konflik hingga berujung adu fisik dipastikan akan mempengaruhi citra dimata publik.

"Berbahaya bagi percobaan politik sbg oposisi dan mengancam masa depannya sendiri. Alarm internalnya pasti berbunyi. Belum lagi dgn kemungkinan ikut sertanya pihak lain masuk dalam pusaran dinamika internal partai," katanya.

Untuk itu, para elit Golkar diimbau untuk segera mengambil langkah politik agar konflik ini bisa secepatnya diselesaikan.

"Kerugian bagi Indonesia dan demokrasi kita jika konflik internal yg tak lazim ini tdk berhasil ditemukan solusinya," katanya.

Nampaknya, rezim Jokowi mempraktekan cara-cara Orde Baru dan Soeharto, menghancurkan dan melemahkan kekuatan-kekuatan politik yang tidak sesuai dengan prinsip kekuasaanya, dan menjadi oposisi.

Penghancuran Golkar itu dengan cara memanfaatkan orang-orang di dalam Golkar, yang sudah 'kebelet', ingin berkuasa, yaitu Agung Laksono cs.

Maka, sekarang ada skenario seperti yang dijalankan seperti pada PPP terhadap Golkar. Dengan bergabungnya Golkar ke KIH, akan oposisi di parlemen tamat. Rezim tiran baru muncul di Indonesia, di bawah Jokowi. [dimas/dbs/voa-islam.com]

 


latestnews

View Full Version