Jakarta (voa-islam.com) - Direktur Anasr Institute Munarman meminta kepada Kapolri Jenderal Pol Sutarman mundur dari jabatannya. Peryataan ini terkait tindakan respresif aparat kepolisian dalam menangani aksi unjuk rasa mahasiswa menolak kenaikan harga BBM di sejumlah daerah.
Apalagi sambung dia, jika mengamati tindakan aparat kepolisian yang melakukan kekerasan di dalam mushalla terhadap mahasiswa saat melakukan unjuk rasa di Riau, beberapa waktu lalu.
"Jadi tak cukup minta maaf. (Sutarman) harus turun dari jabatannya. Karena kita bukan lagi seperti di negara berpenduduk mayoritas muslim. Tindakan polisi itu sudah seperti polisi di negara kafir dan komunis," kata Munarman kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (29/11).
Menurutnya, sejak Presiden Joko Widodo mengeluarkan kebijakan kenaikan harga BBM, tindakan kekerasan terhadap mahasiswa sudah berlangsung dua kali, yakni di Riau dan Makasar. Jika hal ini tidak segera diambil tindakan, maka peristiwa itu akan menjadi preseden bagi aparat kepolisian.
"Kalau ini dibiarkan Kapolri, akan menjadi preseden bagi semua plisi. Ini menunjukan (negara) sekuler. Karena dengan mudahnya aparat masuk ke masjid," tegas Munarman.
Seperti diberitakan di berbagai media, aksi penyerangan dilakukan polisi ketika ingin membubarkan aksi demontrasi mahasiswa Riau menolak kenaikan harga BBM.
Polisi yang sudah berhasil memukul mundur mahasiswa terus melakukan pengejaran sampai ke dalam mushalla. Parahnya, mereka masuk mushalla tanpa melepaskan sepatu dan membawa tonser serta kayu. Aksi penyerangan aparat polisi ini menyebar di media sosial. Bahkan terlihat dalam gambar itu, kitab suci Al-Quran berserakan di lantai mushalla akibat aksi brutal aparat kepolisian. (robiawan/may/voa-islam.com/foto: tempo.co.id)