View Full Version
Senin, 08 Dec 2014

Pihak Asing Sudah Lama Ingin Kuasai Pertamina

Jakarta (voa-islam.com) - Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Migas Indonesia (KSPMI), Faisal Yusra mengungkap bahwa pihak asing sudah sejak lama ingin menguasai PT Pertamina.

Bahkan sejak 15 tahun silam pengelolaan perusahaan migas milik BUMN ini sudah mengarah pada proses privatisasi.

"Kita bicara sebetulnya 15 tahun yang lalu, dimana terlihat jelas bahwa Pertamina itu prosesnya mengarah pada privatisasi dengan adanya konsep unbundling Pertamina," kata Faisal dalam diskusi bertajuk Pertamina Di Bawah Ancaman Privatisasi dan Utang Luar Negeri, di Jakarta, Minggu (7/12).

Menurutnya, keinginan asing ingin menguasai Pertamina dipertegas secara terang-benderang dengan adanya LOI dengan IMF pada 20 Januari 2000 silam. Hal itu juga terlihat bagaimana bagaimana perusahaan plat merah ini sempat pecah menjadi Pertamina EP dan Pertamina Hulu Energy, meski keduanya menyatu kembali.

"Selama ini Pertamina hanya menguasai 15 persen Migas di Indonesia mau dipecah-pecah, sementara dalam dunia bisnis migas internasional itu ada satu istilah yang menyebut bahwa 'Big is Beautiful', berbanding terbalik dengan yang dilakukan pada Pertamina yang justru malah dikecilkan," terang Faisal.

Selain itu dia juga mencontohkan penggabungan Exxon dan Mobile yang merupakan perusahaan migas besar digabung menjadi Exxon Mobile. Begitu juga halnya dengan Conoco dan Philips menjadi Conoco Philips supaya menjadi perusahaan yang lebih besar.

"Perusahaan migas itu makin besar makin bagus. Ini berbanding terbalik sekali dengan Pertamina yang justru dipecah dan dibiarkan agar tidak bisa menjadi perusahaan besar," ujar Faisal.

Ia menjelaskan, kebutuhan minyak Indonesia sebesar 1,6 juta barel per hari, namun yang tersedia hanya 800 ribu barel. Sisa kekurangan itu Indonesia harus impor dari luar negeri.

"Jadi tidak ada kata lain selain menghentikan privatisasi yang telah melemahkan kita dari kedaulatan energi," tutupnya. (robiawan/may/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version