View Full Version
Senin, 08 Dec 2014

Munas Golkar Versi Ancol Kental Intervensi Kekuasaan

Jakarta - (voa-islam) - Rezim Jokowi sangat berkepentingan melemahkan Golkar yang dipimpin Aburizal Bakrie yang menjadi 'inti' Koalisi Merah Putih. Dengan melemahkan Golkar yang dipimpin Aburizal Bakrie itu, maka potensi ancaman terhadap rezim Jokowi ikut dipastikan melemah.
 
Selanjutnya, menurut pemikir politik dan kenegaraan Puspol Indonesia Ubedilah Badrun mengatakan, campur tangan pemerintah dalam Munas Partai Golkar versi Ancol terlihat sangat kental. Bahkan dia menuding Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla berada dibalik Munas tersebut. 
 
Menurut pria yang akrab disapa Ubed ini, dari fakta politik yang ada di Munas versi Agung Laksono adalah Munas yang dilatari oleh dua motif. Pertama, motif politis yang terlihat sejak pembentukan Presidium Penyelamat Golkar yang kemudian pada ujungnya sampai pada Jusuf Kalla. 
 
"Sangat mudah menduga bahwa JK memiliki kontribusi besar bagi terjadinya pembelahan ditubuh Golkar. Arahnya ingin membawa Golkar berada pada kubu partai pendukung Jokowi (KIH)," ujar dia kepada voa-islam, Senin (8/12).  
 
Kedua, sambungnya, motif ego elit politik Golkar. Motif ini terlihat dari antusiasme Agung Laksono Cs, dalam membentuk Presidium Penyelamat Partai. "Pembentukan presidium ini terlihat hasrat ingin berkuasanya Agung Laksono dan Priyo Budi Santoso untuk menjadi ketua umum," pungkasnya. 
 
Pada perspektif politik yang lebih substansial, fenomena pembelahan partai ini adalah fenomena kemunduran demokrasi mirip sepertai era pasca 1955 dan pada era akhir kekuasaan rezim Soeharto dan awal era reformasi. 
 
Ubed menjelaskan, pasca tahun 1955 juga terjadi konflik internal partai yang menimpa Masyumi dan PNI. Pada masa akhir rezim Orde Baru juga terjadi konflik internal partai yang membelah PDI. Pada awal masa reformasi juga terjadi pembelahan pada PPP, PDIP, dan lain lain. "Data data masa lalu itu sebagai cermin kemunduran jika hari ini masih juga terjadi pembelahan partai," jelas dia.
 
Begitulah rezim Jokowi menghadapi oposisi pemerintahannya, tak beda dengan Soeharto. [robiawan/voa-islam.com]  

latestnews

View Full Version