SOLO (voa-islam.com) - Meski sampai saat ini kesimpulan sementara pihak Kepolisian, kebakaran yang melanda Pasar Klewer adalah karena adanya hubungan pendek arus listrik (konsleting), namun para pedagang yang tergabung dalam Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK), tetap menduga ada kejanggalan dalam kebakaran hebat ini.
Kejanggalan pedagang tersebut memang cukup beralasan, sebab selama ini para pedagang selalu dihantui akan adanya pembakaran Pasar Klewer, sehingga dalam dua tahun ini mereka membentuk satuan tugas keamanan internal diantara mereka sendiri yang berjaga secara bergiliran, disamping masih ada petugas keamanan Pasar Klewer sendiri.
Hal itu terjadi setelah adanya konflik diantara mayoritas pedagang pribumi Muslim yang tergabung dalam HPPK melawan Pemkot Solo yang didukung minoritas pedagang China non Muslim. Para pedagang Muslim sejak semula menolak adanya revitalisasi dan renovasi Pasar Klewer, sedangkan Pemkot Solo sejak Walikota dijabat Slamet Suryanto, Joko Widodo hingga FX Hadi Rudyatmo selalu mendesakkan adanya revitalisasi dan renovasi Pasar Klewer secara besar-besaran. Pada Pedagang Muslim khawatir pasca revitalisasi, Pasar Klewer akan dikuasai para pedagang China non Muslim yang memiliki modal kuat.
“Memang selama dua tahun ini kami dan teman-teman bergiliran setiap malam menjaga Pasar Klewer, sebab kami khawatir akan dibakar. Ternyata kekhawatiran itu sekarang menjadi kenyataan,” ungkap salah seorang pedagang yang tidak mau disebut identitasnya kepada Voa-Islam.Com di lokasi kebakaran, Senin (29/12).
Sementara itu salah seorang tokoh masyarakat Solo dan mantan anggota DPRD, kepada Voa-Islam,Com yang menemui di rumahnya mengakui, kebakaran Pasar Klewer bukan kebakaran murni tetapi sengaja dibakar oleh oknum yang tak bertanggungjawab. Sebab awal mula kebakaran terjadi bukan hanya di satu lokasi saja, tetapi api menyala di beberapa lokasi di dalam pasar.
“Kebakaran mulai terjadi pada pukul 19.30 dan saya sampai lokasi pukul 19.45. Saya lihat sendiri api menyala di beberapa tempat di sebelah barat sisi selatan yang menghadap tembok Keraton dan di sebelah barat sisi utara yang menghadap Masjid Agung. Padahal diantara kedua sumber api tersebut dipisahkan jarak kurang lebih 100 meter,” ungkapnya.
Sebagai tokoh masyarakat Kota Solo, dirinya juga heran mengapa api yang semula dia lihat kecil tersebut tidak segera dipadamkan padahal Pasar Klewer memiliki banyak alat pemadam kebakaran berupa tabung kecil warna merah, apalagi kedatangan mobil pemadam kebakaran cukup terlambat. Seandainya waktu itu alat tabung pemadan kebakaran segera diaktifkan dan mobil damkar segera datang, niscaya kebakaran bisa dilokalisir dan tidak akan meluas seperti sekarang ini.
Dengan adanya kebakaran yang menghanguskan 2.300 kios dan diperkirakan menelan kerugian hingga Rp 10 triliun serta menyebabkan ribuan orang kehilangan pekerjaan ini, jelas kerugian paling besar diderita para pedagang pribumi Muslim.
Memang selama ini Pasar Klewer yang diresmikan Presiden Suharto tahun 1971 itu identik dengan pasar tekstil milik pedagang pribumi Muslim, sementara Pasar PGS (Pusat Grosir Solo) yang terletak hanya 400 meter di utara Pasar Klewer identik dengan pasar tekstil milik pedagang China non Muslim.
Sekarang para pedagang China non Muslim semakin berjaya dan tambah kaya raya, sementara para pedagang pribumi Muslim semakin terpuruk dan bangkrut, naudzubillah min dzalik. [AbdulHalim/voa-islam.com]
Foto: news.liputan6.com