JAKARTA (voa-islam.com) - "Selamat kepada bangsa Indonesia yang perhari ini bisa menikmati harga baru BBM yang lebih murah. Selamat kepada orang mampu karena mendapatkan harga BBM lebih murah," begitu sindir Ferdinand Hutahaean, Direktur Eksekutif EWI yang disampaikan melalui pesan singkat telepon di hari pertama tahun 2015 seperti dikutip dari GEO ENERGI.CO, Kamis, (01/01/2015).
Menurut Ferdinand, "Kebijakan penurunan harga BBM yang telah diumumkan cenderung bentuk kebijakan reaktif, yang kesannya pro rakyat tapi memboncengi liberalisasi harga BBM. Kenaikan harga BBM sekitar 2 bulan yang lalu sesungguhnya telah dibayar mahal bahkan dengan nyawa mahasiswa, seolah tidak berarti apa-apa. Kenaikan harga dan penurunan harga BBM ini bagi kami adalah kebijakan reaktif yang sporadis, tanpa perencanaan matang."
"Pertanyaan besarnya saat ini adalah, apakah rakyat kecil menikmati penurunan harga ini? Apakah dengan turunnya harga ini pemerintah juga menurunkan ongkos angkutan umum? Apakah juga harga-harga bahan pokok di pasar turun harga? Sepertinya tidak sama sekali. Jadi mamfaatnya buat rakyat kecil apa?" berondongnya penasaran.
Lebih lanjut Ferdinand mempertanyakan juga, jika dalam 3 bulan ke depan tiba-tiba harga minyak kembali naik, apa strategi pemerintah untuk menenangkan pasar? Apakah akan membiarkan rakyat menghadapi gejolak fluktuasi harga di pasar sendirian karena premium sudah tidak ada subsidi?
"Kami melihat tadinya lebih baik harga yang ada dipertahankan, hapus subsidi jadi Nol di APBN, pemerintah dapat untung sekitar Rp.1500 s.d Rp.2000/liter yang artinya pemerintah dalam 3 tahun punya cukup uang untuk membangun kilang minyak dan infrastruktur gas dan SPBG untuk kebutuhan masyarakat. Sehingga pada tahun ke 5, kita sudah bisa menekan angka impor bbm yang sangat besar. Langkah ini lebih baik daripada menurunkan harga lagi. Langkah ini juga jelas arahnya demi kedaulatan dan kemandirian energi," sarannya.
Sebagai penutup, Ferdinand menuturkan harapannya kepada menteri-menteri dibidang perekonomian khususnya bidang energi agar memberi masukan yang sistemis, konpeherensif, antisipatif dan responsif agar kebijakan yang keluar ke publik adalah jalan menuju kedaulatan, kemandirian dan kemakmuran rakyat.
"Terlebih harga BBM kemarin sudah bisa diterima rakyat," pungkasnya. [syahid/voa-islam.com]