JAKARTA (voa-islam.com) – Nasib orang-orang miskin seperti sampah . Dibuang begitu saja. Melihat orang miskin itu seperti melihat sampah. Jijik. Maka mereka itu diperlakukan seperti sampah. Dibuang ke tong sampah.
Begitulah nasib orang-orang miskin alias fakir miskin di Jakarta, dan tempat-tempat lainnya di Indonesia. Meskipun dalam konstitusi alias UUD 45, dikaktakan, bahwa fakir miskin dipelihara oleh negara. Tapi, faktanya orang-orang miskin, dibinasakan.
Lihat sejak Jokowi menjadi gubernur DKI, sampai dia menjadi presiden, tidak sepi penggusuran pedagang kaki lima (PKL), sampai orang-orang yang tinggal di pinggiran kali, di kolong jembatan, dipinggir rel kereta api, dipinggiran waduk, semua habis digusur. Seperti membuat sampah.
Orang yang berjualan menjadi PKL di mana mendapat perlakuan tidak manusiawi, diperlakukan seperti binatang. Digebukin oleh Satpol PP. Seperti PKL di Monas. Mereka bukan hanya diusir, tapi mereka juga digebukin ramai-ramai oleh Satpol PP. Diinjak-injak. Padahal, mereka orang-orang yang miskin mencari rezeki, guna menghidupi keluarga mereka.
Mereka tidak memiliki modal, dan tidak mungkin mereka bisa menyewa tempat yang layak-layak di PD Pasar Jayar. Di Tanah Abang PKL habis. Tidak ada lagi yang jualan di pinggir jalan dan di depan Pasar Tanah Abang. Sekarang Pasar Tanah Abang , bukan lagi diisi oleh pedagang pribumi, tapi sudah menjadi miliki pedagang Cina.
Lihat penggusuran orang-orang miskin yang tinggagl di pinggiran rel sepanjang dari Kota sampai Bogor, semua sudah dihancurkan dan digusur habis. Tidak tersisa lagi. Bangunan sepanjang rel kereta api, mulai dari Kota sampai Bogor, semua sudah digusur. Mereka yang tinggal di pinggir rel kereta api, tidak lain, mereka itu orang-orang miskin.
Orang-orang miskin yang jualann dibawah bangunan jalan kereta api, seperti Juanda, Gondangdia, Cikini, Kalibata, Pasar Minggu, sudah ludes. Porak-peronda. Bangunan semi permanen sudah luluh lanntak, dihancurkan. Tidak ada lagi bangunan di kanan kiri jalan kereta api.
Dulu, di Manggarai, begitu banya orang-orang miskin yang mencari kehidupan dengan berdagang, dan bahkan ada yang membawa kompor, berjualan makan dan minuman. Sekarang sudah tidak ada lagi.
Setiap stasiun kereta mulai dari Jakarta Kota sampai Bogor, sekarang yang ada hanya Alfamart dan Indomart. Bahkan, di Stasiun Maggarai ada KFC, Seven Eleven, dan Starbuck. Benar-benar kehidupan sekarang lebih mengutamakan jaringan ritel kaum kapitalis. Usaha kaum pribumi dan orang miskin dihancurkan habis. Itulah Jokowi yang katanya merakyat. Semua palsu belaka.
Belum lagi, nasab para pemulung, gepeng (gelandangan - pengemis), orang-orang yang berjejer di pinggir jalan 'three and one'. Semua diburu seperti binatang, bahkan ada seorang pengemis, yang tercebur sungai di kejar oleh Trantib. Begitu malanya nasib orang miskin di Jakarta.
Seorang sopri angkot 01, jurusan Kampung Melayu-Senen, ketika ditanya tentang pemerintahan Jokowi apakah rakyat lebih baik dan enak? Sartono sopir angkot 01 itu, mengatakan, “Sekarang lebih ngeblangsak. Tidak ada enaknya. Hidup lebih sulit lagi. Rakyat hanya ditipu belaka”, cetusnya. “Berganti pemimpin sejak dulu, sampai sekarang yang ada hanya penipu rakyat”, tambahnya. (dimas/voa-islam.com)