View Full Version
Selasa, 10 Feb 2015

Azyumardi Azra : Perempuan Boleh Menjadi Sultan Dalam Islam?

YOGYAKARTA (voa-islam.com) - Bukan orang JIL (Jaringan Islam Liberal), kalau tidak membuat pernyataan yang kontroversi tentang Islam. Pemikirannya orang-orang JIL selalu melawan 'mainstream' arus utama dalam Islam.

Azyumardi Azra, mengetakan bahwa Kasultanan Yogyakarta merupakan salah satu kasultanan Islam di Islam. Sesuai tradisi kerajaan Islam yang berkembang di nusantara, seorang perempuan bisa diangkat sebagai sultannya.

"Tak apa-apa sultan perempuan," kata cendekiawan muslim Azyumardi Azra usai pembukaan Kongres Umat Islam VI di Yogyakarta, Senin 7 Februari 2015.

Islam di Indonesia, menurut dia, adalah Islam yang rileks. Itu berbeda dengan Islam yang berkembang Arab. Perbedaan corak Islam itu pun juga berdampak pada perbedaan dalam memandang raja perempuan.

"Kalau di Arab, jangankan jadi raja," katanya. "(Perempuan) menyetir mobil saja tidak boleh."

Ia mengatakan kasultanan di Nusantara memiliki sejarah adanya sultan yang berasal dari perempuan. Di Kasultanan Aceh pada abad XVII, ia memberi contoh, ada tiga orang perempuan yang menjadi raja, Sultonah. "Kita bukan di Arab," katanya.

Undang-Undang Keistimewaan DIY mengamanatkan gubernur merupakan Raja Keraton Yogyakarta yang bertahta, Sultan Hamengku Buwono.

Ada indikasi dalam undang-undang nomor 13 tahun 2012 itu bahwa seorang sultan harus seorang lelaki. Sepanjang sejarah kasultanan Yogyakarta, dari Hamengku Buwono I hingga X, sultan merupakan seorang lelaki.

Azyumardi mengatakan pada dasarnya Islam nusantara tak menghalangi seorang perempuan menjadi sultan. "(Kalau tidak bisa) mungkin karena aturan kerajaannya," katanya. Tapi aturan itu, bisa saja diubah. "Tak apa."

Ketua Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin mengatakan keraton Yogyakarta merupakan salah satu kasultanan Islam di Indonesia. Bergelar "Senapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah" sultan tak hanya merupakan pemimpin politik. Tapi sekaligus pemimpin agama bagi rakyatnya. "Sultan gelarnya luar biasa," katanya.

Posisi sebagai pemimpin politik sekaligus pemimpin agama itu, menurut dia, tak hanya berlaku di keraton Yogyakarta. Tapi juga di hampir seluruh keraton di Indonesia. Dalam pembukaan Kongres yang berlangsung di Pagelaran Keraton itu, juga dihadiri oleh 42 kasultanan dari Indonesia.

Alih-alih membahas hal-hal yang strategis bagi massa depan umat Islam, tapi justru yang dibicarakan nasib kesultanan Yogyakarta, pasca Sultan Hamengku Buwono, dan bolehkah Sultan seorang perempuan? "Boleh", kata Azyumardi tokoh JIL dari UIN itu. Adakah ini fatwa? (dimas/dbs/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version