SOLO (Voa Islam) – Seisi gedung Graha Saba Buana, Solo gempita dengan suara lantang melafazhkan, ‘’siap!” ketika pembawa acara dan perwakilan dari lembaga beasiswa hafizh menanyakan kesiapan peserta acara talk show parenting nubuwwah untuk mencetak generasi huffazh.
Acara yg digelar pada hari Kamis (19/2) dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 12.00 (sebelum dhuhur) ini, diawali dengan penampilan seorang hafizh cilik yang bernama tholhah dari STTD Tabarrok membawakan surat Ali Imron. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan Lembaga Beasiswa Hafizh dan ketua DSKS, ust DR Mu’inudinillah al-bashri
... seorang penghafal Qur-an akan memiliki banyak kelebihan, baik dari segi ruhiyah, psikologi dan sosiologi. Dengan begitu tidak perlu ada kekhawatiran akan masa depan nya ...
Acara yang mengusung tema “ Sosialisasi Kurikulum Kuttab”, penyelenggara mengundang ust. Budi Ashari, Lc dan ust. Syihabbudin Abdul Muiz Al Hafizh (PP Isykarima Karanganyar) sebagai narasumber serta ust Zahrudin Fanani (PP Al Mukmin Ngruki) sebagai moderator.
Ust Syihabudin menekankan bahwa seorang penghafal Qur-an akan memiliki banyak kelebihan, baik dari segi ruhiyah, psikologi dan sosiologi. Dengan begitu tidak perlu ada kekhawatiran akan masa depannya. Secara rinci beliau merunut pemaparannya, kenapa harus kembali kepada Al Qur-an, mulia dan hinanya suatu kaum dalam perspektif Qur-ani, lahirnya tokoh-tokoh dunia yang mulia dan terutama janji-janji Alloh Subhanahu wa Ta’ala kepada para penghafal Qur-an.
Sebagai bukti, ustadz Syihab (panggilan akrab beliau) menyampaikan data-data alumnus PP Isykarima yang dipimpinnya. Banyak dari Huffazh yang lahir dari sana mampu melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya, baik ke Timur Tengah maupun ke berbagai Universitas terkemuka di negri ini. UGM, UI, ITB, UMS dan lain sebagainya tidak asing dengan alumnus pondok beliau. Bahkan ada yang langsung membina dan mengelola berbagai pondok tahfizh Qur-an, seperti Baitul Hikmah, Baitul Qur-an, Ma’had As Sookarti, Kuttab Al Fattah (DDII) dan Ma’had Aly Fatimah Az Zahra.
Sedangkan Ustdz Budi Asharai, Lc menegaskan betapa amat perlunya perubahan (revolusi, red) terhadap sistem pendidikan yang ada sekarang. Menurut beliau, kesalahan utama terletak pada literature yang menjadi rujukan utama pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang ada terus mengekor pada apa yang diterapkan kaum kafir di Barat. Sehingga meletakkan Diinulloh (Al Qur-an dan As Sunnah sebagai wahyu Alloh) sebagai referensi ketiga setelah kajian empirik dan rasional atas nama ilmiah.
Padahal, lanjutnya, jauh sebelum munculnya para pencetus pendidikan dari Eropa Kristiani itu, telah banyak ulama-ulama Islam yang mampu menyelenggarakan pendidikan yang jauh lebih baik dengan bukti-bukti jutaan buku menyangkut berbagai disiplin ilmu.
“Harus ada generasi Islami yang siap menggantikan sistem yang salah ini dan bukan hanya sekedar menutupnya!” begiru tandasnya.
Ustadz Budi juga mengurai bagaiman Islam mengajarkan pendidikan ekonomi dan pembelajaran bagi anak-anak kita. Misalnya:
- Range bawah : Usia 10 th Rasululloh sdh mendapat upah dari pengembala kambing
- Range atas : Sebulan setelah menikah, 'Ashim ibnu Umar bin Khottob (kibaru tabi'in) sebulan pertama disubsidi Umar, bulan berikutnya diperintah Umar untuk menjual kebunnya, uangnya kemudian diinvestasikan ke pamannya yang berdagang hasilnya untuk membiayai keluarga
- Metode pembelajaran anak :
1. Belajar Iman
2. Belajar Tazkiyah An-Nafs
3 Belajar Al-Qur'an
4. Belajar Hadits
- Setelah anak sudah hafal Qur'an, Menambah pendalaman anak dengan al Qur'an dengan ilmu-ilmu kekinian.
Sedangkan yang terjadi sekarang dalam dunia pendidikan kita justru:
Semangat dan antusiasme peserta Seminar Parenting Nubuwwah dalam rangka melahirkan generasi Qur-ani memang telah nampak di seputar kota Solo, jadi bukan hanya di gedung Saba Buana milik Jokowi yang dipenuhi tidak kurang dari 2000-an peserta itu. Banyak sekolah dasar bahkan TK berbasis Tahfizh Qur-an sudah berdiri dan dikembangkan serta mendapat respon yang cukup baik dari para orang tua.
Maka tidak berlebihan, jika dalam sessi tanya jawab, seorang peserta juga memunculkan harapannya agar Solo menjadi kota yang memelopori bangkitnya generasi Qur-ani. Insya Alloh. (AF/ZQ’A/voa-Islam.com)