JAKARTA (voa-islam.com) - Ahok tak tinggal diam. Dia menggalang kekuatan untuk melawan DPRD DKI. Ini bagian dari perlawanan Ahok terhadap keputusan DPRD DKI yang memutuskan melakukan hak angket terhadap Ahok. Lagi-lagi modusnya sama dengan Jokowi, yaitu menggunakan isu : KORUPSI.
Isu KORUPSI itu paling ampuh untuk memenangkan dukungan dari rakyat. Persis seperti Jokowi sebelum pemilihan presiden. Jokowi yang oleh kalangan 'Relawan', sebagai tokoh antitesa yang : JUJUR.
Sekarang rakyat hanya bisa menyesali nasibnya hidup dibawah kekuasaan Jokowi. Mereka tinggal merasakan hidup yang dirundung oleh kesuntukan. Rakyat hancur, bahkan makan raskin (beras miskin) pun tak mampu.
Orang-orang 'bayaran' Ahok tak malu, dan mau menjadi 'budaknya' Ahok dengan mengkampanyekan Ahok sebagai tokoh paling jujur, seperti 'malaikat'.
Melalui media sosial dan media massa, lakon Ahok disulap menjadi tokoh yang 'suci', tidak doyan duit, bersih seperti kaca. Itulah sekarang terus dikampanyekan tentang sosok Ahok menjadi antitesa dari DPRD DKI sebagai lembaga paling korup di DKI.
Rencanya, hari ini sejumlah elemen masyarakat yang menjadi alat Ahok itu akan menggelar aksi di Balai Kota DKI Jakarta dan DPRD menyusul bergulirnya hak angket terhadap Ahok terkait APBD 2015.
Massa demonstran "bayaran" akan memberi dukungan penuh pada Ahok agar mengungkap dana "siluman" di APBD. Aksi pertama rencananya bakal digelar pukul 12.00 WIB dengan melibatkan sekitar dua ribu orang. Massa berasal dari kalangan pemuda dan mahasiswa yang tergabung dalam Barisan Insan Muda (Bima) dan Barisan Umat Islam Kaffah (Buikaff).
Bagaimana ada yang berani mengaku kelompok : BARISAN UMAT ISLAM KAFFAH', rela mendukkung Ahok? Ini benar-benar sangat paradok. Entah mereka itu mendapatkan 'bayaran' berapa? Berani pasang badan membela Ahok.
Konon mereka berjumlah ribuan orang siap mengepung gedung DPRD. Bima dan Buikaff akan menyampaikan tuntutan yaitu mendukung Ahok membongkar dana siluman Rp 12 triliun dengan melaporkan ke KPK, Kejaksaan, dan Mabes Polri.
Massa juga siap mengawal Ahok hingga masa tugasnya berakhir pada 2017. Mereka juga akan menyampaikan sikap menolak hak angket yang digulirkan DPRD.
Aksi dukungan turun ke jalan juga datang dari GMNI DKI Jakarta dan Pakem Kayu Manis. Dalam aksinya mereka akan menyerukan tiga tuntutan yakni bongkar mafia anggaran yang terstruktur di DPRD DKI.
Ini isu yang senggaja digulirkan seakan Ahok akan membongkar mafia. Padahal, semua kosong mlomong belaka. Tapi, sudah termakan, karena begitu masifnya kampanye yang dilakukan para 'budak' Ahok melalui media sosial dan media massa.
Aksi dukungan kepada Ahok pada Minggu kemarin juga terjadi. Kumpulan warga Jakarta yang menamakan dirinya sebagai 'Teman Ahok' menggalang dukungan untuk Ahok melalui petisi kepada masyarakat Jakarta yang menghadiri event Car Free Day di Bundaran HI.
Pantaskah rakyat DKI menjadi alat Ahok? Rakyat jelata di DKI digusur, pedagang kaki lima, para pemulung, dan orang-orang miskin yang hidup sengsara tidak bisa hidup di Jakarta. Bahkan, sekarang pajak PBB (pajak bumi bangundan) di naikan. Menambah penderitaan rakyat jelata.
Ahok hanya menaikan gaji pemda DKI, tujuannya hanya ingin melanggengkan kekuasaannya di DKI. Dengan memperalat PNS DKI, Ahok berharap bisa langgeng di DKI. Begitulah rakyat dibawah cengekeraman penguasa Kristen dan etnis Cina, yang perlahan mencekik kaum pribumi dan Muslim. (jj/dbs/voa-islam.com)