View Full Version
Selasa, 24 Mar 2015

BNPT: Memperjuangkan Khilafah Tidak dengan Takbir namun Dengan Tepuk Tangan

PEKALONGAN (voa-islam.com) -  Isu perjuangan nilai prinsip yang didasari motif agama dan pengaruh gerakan paham radikal yang diusung oleh Islamic State of Iraq and Syams (ISIS) masih terus menjadi program unggulan yang disosialisasikan oleh Badan Nasional Penanggulanang Terorisme (BNPT).  

Hal itu disampaikan dalam rangkaian kegiatan dengar pendapat dan penyerapan aspirasi masyarakat, yang diselenggarakan oleh Partai PPP dengan menghadirkan Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris. Dihadiri juga oleh Pengasuh Pondok Pesantren dan Tokoh Masyarakat Kabupaten Pekalongan. Kegiatan ini bertempat di Gedung Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pekalongan, pada Ahad beberapa pekan yang lalu.

Dalam kesempatan kali ini, BNPT masih memahami dan menilai sepihak tentang ciri yang harus diwaspadai munculnya gerakan terorisme, seperti rajin taklim dengan guru yang tetap tidak berganti dengan kajian satu kitab dan biasanya itu terjemahan, maka patut diwaspadai karena akan timbul eksklusifitas dari kelompok lainnya.

Deradikalisasi yang diusung BNPT mengaku bahwa ini konsep dan upaya membumikan syariat Islam yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai luhur pancasila. Karena agama dan pancasila harus disinergikan dan pancasila adalah milik seluruh umat manusia bukan hanya di Indonesia. Pesantren adalah basis pendidikan agama yang harus mendapat perhatian dari semua pihak.

”Jika basis pesantren tidak diperkuat maka tidak tertutup kemungkinan akan muncul IMIS (Indonesia Malaysia Islamic State) karena sudah ada 500 generasi sudah berfikir tentang itu.” Irfan Idris.

BNPT menjelaskan bahwa terorisme itu memiliki tiga dimensi yakni kejahatan yang luar biasa, trans nasional, dan musuh kemanusiaan, maka perlu diadakan penanggulangan dalam bentuk mencegah, menindak dan melakukan kerjasama internasional. Karena teroris tidak punya agama, bangsa dan bukan manusia.

Pada tahun 2014, BNPT menjalankan program nasional masuk ke lembaga pendidikan dan basis masyarakat seperti pesantren, Majelis Taklim dan masjid. Hal ini untuk antisipasi agar kasus di Jabodetabek tidak menyebar dengan di kudetanya 29 masjid NU oleh kelompok teroris dan terhenti karena harus beralih konsentrasi ke Poso.

“Teroris masuk melalui masjid dengan cara menyamar menjadi marbot, jika marbot bekerja rajin, tiba waktu shalat tidak ada imam dia menggantikan, khotib berhalangan dia siap menggantikannya, bagus suaranya, bagus hafalannya, maka ketika takmir tertarik diangkatlah sebagai seksi dakwah ketika pemilihan pengurus, maka dibawalah teman2nya. Maka BNPT mengumpulkan Imam, khotib dan marbot dengan melakukan pembinaan dan pengembangan wawasan.” ujarnya.

“Kelemahan UU no. 15 tahun 2003 tentang tindak pidana terorisme ada dua hal yakni Menanamkan kebencian, menyebarkan permusuhan ini tidak dianggap kriminal. Yang kedua pelatihan para militer tidak dianggap kriminal. Maka kelompok-kelompok radikal dan teroris latihan, ada kelompok Tauhid wal jihad di pamulang setiap hari sabtu latihan memanah dan lempar pisau pada usia 15-20 tahunan. Seperti usia Wildan dari Pekalongan yang pergi belajar ke Kairo, satu tahun kemudian ditemukan mayatnya di Iraq karena bomb bunuh diri,” keluh Irfan.

NKRI harga mati dan isu pendirian khilafah selalu diusung. “Syukur di Indonesia ada Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) kelompok Islam yang ingin membentuk khilafah dengan santun tidak anarkis, tetapi ada organisasi yang mau mendirikan khilafah di Irak dan Syams disana dengan cara yang biadab. Karena dalam Al Qur’an terdapat dua kelompok yakni hizbussyaitan dan hizbullah. Dan Hizbut Tahrir sedang menuju hizbullah dan meninggalkan hizbusyaitan, tidak ada takbir, tepuk tangan yang ada biasanya kan takbir untuk membakar semangat, jadi ini yang perlu kita perkuat,” tuturnya.

BNPT konsen ke Poso karena di sana memang ada sasaran utama, dan bagi BNPT justru berpendapat bahwa tempat yang aman digunakan untuk bersemayam menyusun konsep strategi dan eksekusi ditempat lain. BNPT akan sinergi dengan banyak sektor seperti Masjid, Pesantren, Sekolah dengan melanjutkan program 2014 setelah bergeser konsentrasi ke Poso. Dengan mengadakan pendekatan persuasif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai bentuk perhatian. [syahid/shal/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version