SURABAYA (voa-islam.com) - “Parpol ataupun kelompok di Indonesia ini semuanya menyeru kepada golongannya. Belum ada satu pun kelompok yang mengajak kepada Allah,” kata Heri Muhammad, wartawan senior majalah Gatra. Ia menyampaikan pernyataan itu dalam sebuah acara diskusi tentang pemblokiran 22 situs Islam di Indonesia, pada Ahad (05/04) yang lalu di Surabaya.
Pada pilpres lalu, Heri didatangi berkali-kali oleh aktivis maupun parpol. Ia dijanjikan materi yang tidak sedikit apabila mau mendukung atau bergabung. Bila orientasi dunia, tawaran itu sungguh menggiurkan. Tapi Heri bukan tipe aji mumpung.
“Saya menunggu ada kandidat yang benar-benar mau memperjuangkan syariat Islam di Indonesia. Apabila ada, saya mau ikut,” tandasnya mantap.
Masalahnya dari kedua calon presiden di pilpres lalu, tak ada satu pun yang memunyai komitmen ke sana. Sehingga apabila dari kandidat yang ada tak ada satu pun yang sesuai aspirasi maka golput (tidak memilih –red) bukanlah suatu perbuatan dosa.
Lebih jauh Heri menyikapi beberapa kelompok di Indonesia yang berseru tentang penerapan syariat Islam. Ia melihat fenomena di Indonesia, seruan ini sebatas wacana.
“HTI yang menyeru syariat dan khilafah pun, ngomong thok. Makanya dianggap tidak berbahaya oleh pemerintah,” lanjutnya menyebut salah satu ormas di Indonesia yang gencar dengan ide syariat dankhilafah.
Wartawan senior yang juga sering dipanggil Ustadz ini menilai bahwa kualitas mereka yang hijrah ke Syam jauh lebih baik.
“15 atau 16 orang yang ditangkap pemerintah karena berhijrah ke Syam itu jauh lebih baik karena mereka ini punya prinsip. Negeri Syam itu adalah negeri yang terberkahi. Tak heran bila umat Islam ingin hijrah ke sana,” ujranya.
Menurutnya sikap pemerintah ini aneh. Hak tiap manusia untuk memutuskan ingin menjadi warga negara mana, kenapa diributkan. Dikaitkan dengan pemblokiran situs Islam yang beberapa di antaranya bersuara pro terhadap ISIS, Hari memunyai sikap tersendiri.
“Secara jurnalistik hal ini sah-sah saja. Karena isinya kan memberitakan. Ketakutan yang ada dari pemerintah itu sifatnya membabi-buta,” imbuhnya.
Heri Muhammad sendiri heran ketika ada umat Islam yang memberitakan atau bersuara negatif tentang ISIS.
“Bila tidak setuju ISIS, sebaiknya kita diam. Gak usah ikut menjelek-jelekkan. Wong kita ini loh gak ikut jihad. Yang suka bersuara negatif itu biasanya mereka yang gagal jadi mujahid,” urainya dalam diskusi yang diadakan oleh Bina Qalam.
Intinya, musuh Islam itu memang tidak menghendaki Islam bangkit sebagai kekuatan politik. Ibadah ritual, silakan. Menangani pendidikan, silakan. Tapi bila sudah mau melangkah ke politik, nanti dulu. Makanya fenomena ISIS ini menakutkan musuh-musuh Islam karena akan menghalangi kepentingannya.
“Sebagai umat Islam, sebaiknya kita ini menahan diri jangan malah ikut memperkeruh suasana,” nasehatnya di akhir diskusi. [rana/voa-islam.com]
image: ilustrasi/tempo