JAKARTA (voa-islam.com) - Studium General Sirah Community Indonesia (SCI) mulai digelar pada Kamis 2 April 2015 lalu. Dengan Narasumber Ustadz Asep Sobari, Lc. Acara itu bertempat di gedung INSISTS, Kalibata, Jakarta Selatan (2/4).
Pada kesempatan itu Ustadz Asep selain mengingatkan betapa pentingnya mempelajari sirah juga mengemukakan tentang kewajiban mempersatukan secara komprehensif konstruksi sejarah Nabi Muhammad SAW dan Khulafaurasyiddin.
Hal demikian salah satu tujuannya adalah agar tidak ada yang salah menginterpretasi sejarah, terutama di masa Khalifah Ali bin Abi Thalib di mana fitnah internal di kalangan kaum Muslimin memuncak.
Ustadz Asep mengemukakan juga kata-kata Imam Ibnu Hazm Al-Andalus (456 H) dalam kitab Al-Fishal “Seandainya Muhammad SAW tidak memiliki mukjizat apa pun selain Sirahnya, maka itu sudah lebih dari cukup.” Kita diajak melihat keagungan sirah sebagai kaum Muslimin yang tidak lain adalah umat Muhammad SAW. Sepanjang masa para ulama tidak bosan-bosannya mengkaji Rasulullah SAW seorang, membuktikan keagungan Rasulullah sebagai tokoh umat manusia yang mulia,” terang Ustadz Asep.
“Para ulama bahkan seluruh umat Islam merasa berhutang, sekian banyak literatur yang mencatat tentang Rasulullah SAW bisa berbeda-beda dari sudut pandang penulis dan keahliannya masing-masing, selalu ada yang berbeda, selalu ada pengayaan yang baru,” jelasnya, yang disimak secara seksama oleh para hadirin yang mayoritasnya para akhwat.
Isi kuliah umum tersebut salah satunya sempat membahas beberapa penulis Sirah Nabawiyah generasi awal, seperti Ibnu Ishaq, Ibnu Hisyam dan Ibnu Sa’ad. Ustadz Asep menjelaskan bahwa Sirah Ibnu Hisyam adalah komentar atas Sirah Ibnu Ishaq, karena manuskrip Ibnu Ishaq sudah hilang.
Ibnu Hisyam sendiri adalah murid dari murid Ibnu Ishaq. Pada abad ke 6 H, As-Suhaili pun memberi syarah pada kitab Sirah Ibnu Hisyam.
Tetapi dari sekian banyak sirah, sebagaimana diterangkan Ustadz Asep, yang dianggap paling berbobot dari segi metodologinya tidak lain adalah Zadul Maad karya Ibnul Qayyim Al Jauziyah. Di mana sampai taraf membahas tibbun nabawi (pengobatan cara Nabi SAW) dalam kitabnya tersebut.
Ibnul Qayyim selalu menghubungkan jiwa dan tubuh manusia. Ruh dan tubuh manusia adalah satu kesatuan, jika imunitas ruhnya baik maka keseluruhannya baik, tetapi ada juga orang yang malah senang berbuat dosa dan salah, tandanya asupan ruhnya ada yang salah.
“Prof Faruq Ramadhani misalnya mengatakan, penggambaran yang paling mendalam tentang fiqih sirah adalah Zadul Maad karya Ibnul Qayyim. Ibnul Qayyim itu ulama yang sangat luar biasa, sampai-sampai Ibnu katsir dalam beberapa jilid kitab Al-Bidayah wa Nihayah juga banyak mengutip dari beliau (Ibnul Qayyim).
Kuliah umum ini tidak lain adalah pembukaan kuliah sirah intensif dari SCI, yang rencananya akan ada 26 pertemuan kuliah. [nuim/sharia/voa-islam.com]