View Full Version
Ahad, 17 May 2015

Indikasi Kuat Syiah di Balik 'Serangan' ke Acara Khalifah Trans7 & Ustadz Arifin Nugroho

JAKARTA (voa-islam.com) – Sejumlah situs Syiah (baik syiah yang terang-terangan atau yang berbaju lain) serentak menyerang program acara Khalifah di Trasn7 yang mengangkat tema “Imam Al-Ghazali Pembela Akidah Islam”, yang tayang pada 4 April 2015 lalu.

Adalah sumber Ustadz Arifin Nugroho Lc. sebagai pemandu program tersebut menjadi sasaran utamanya. Ustadz Arifin dituduh merendahkan Imam Al-Ghazali. Bahkan satu situs meragukan latar-belakangan pendidikannya sambil menghadirkan kutipan penjelasan beliau di acara tersebut.

“….Hanya memang kalau kita lihat, beberapa pendapat ahli sejarah mengatakan, ada sedikit yang kurang dari beliau adalah, beliau kurang mendalami Al-Qur’an dan Hadits, maka subhanallah kalau lihat perjalanan beliau setelah dari Damaskus, setelah dari Damaskus pulang ke kampung halaman beliau di Thus, beliau justru disini memperdalam dua kitab, shahihain, Bukhari dan Muslim”, papar Ustadz Arifin Nugroho.

Jika diperhatikan dengan seksama, tidak ada yang salah dari penjelasan di atas. Ustadz Arifin menyandarkan penjelasanya kepada ulama ahli sejarah. Dan memang tidak sedikit ulama sunnah memberikan kritik terhadap beliau dan karya-karyanya.

Melihat gencarnya serangan tersebut, Ustadz Abu Husein At-Thuwailibi, pemerhati gerakan syi’ah Indonesia, mencurigai makar Syi’ah yang ingin membentuk opini negatif di masyarakat tentang Stasiun TV Trans 7 yang selama ini tayangannya membongkar ajaran-ajaran sesat dan kufur semisal menyembah kubur, dan lain-lain yang notabennya ajaran tersebut bersumber dari Syiah.

Menurut dai muda yang cukup aktif di sosial media ini, Syi’ah sedang melakukan siasat adu domba dengan menggunakan tangan NU. “Seperti biasa, de vide it impirea, politik adu domba,” tuturunya dalam tulisan “Astaghfirullah, TV Trans 7 Difitnah Syiah!” yang dipublish di situs syiahindonesia.com.

Ustadz Arifin Nugroho yang membahas mengenai sosok Imam Al-Ghazali lantas di rendahkan dan di cekal oleh fihak-fihak yang punya kepentingan.

Abu Husain menilai, sikap menghina dan mencekal Ustadz Arifin Nugroho yang membahas mengenai sosok Imam Al-Ghazali oleh pihak-pihak tertentu yang punya kepentingan adalah contoh sikap beragama yang tidak baik.

“Emosional, marah-marah, dan kurang menjaga akhlak. Kelihatan sekali gaya-gaya Syi'ah Rafidhah,” tuturnya mengutip dari Ustadz Abu Muhammad Waskito.

Sebenarnya Khalifah di trans 7 memuji-muji Imam Al Ghazalisepanjang acara. “Porsinya 90 persen lebih,” tutur UUstadz Arifin kepada voa-islam, Sabtu (16/05/2015) kemarin.

Namun, tiba-tiba kaum Syi'ah yang berpura-pura menjadi pendukung beliau marah-marah. Ngomong apa saja. Termasuk menyerang "Salafi/Wahabi" yang tak ada kaitannya dengan acara itu.

Berikut ini kami kutipkan pembelaan dari Ustadz Abu Husain:

Inti kritiknya begini: Al-Ghazali disebut kurang mendalam ilmu Al Qur'an dan Hadits-nya. Di akhir hayat, wafat sambil memeluk kitab Shahih Bukhari. Ini sebenarnya hanya tentang REDAKSI KRITIK saja. Semua ulama juga begitu posisinya, punya segudang kebaikan, ada kekurangan pada hal-hal tertentu. Wajar kan. Toh, seorang imam bukan Nabi yang bebas dari kesalahan/kekurangan. Malah dalam "ilmu jurnalistik" tidak boleh isinya MEMUJI DOANG, itu tidak seimbang. Harus cover both side. Dua sisi plus minus ditampilkan. Kalau bagus semua, bukan jurnalistik namanya, tapi PROPAGANDA.!

Sebenarnya ini hal sepele, hal kecil, tapi dibesar-besarkan. Tujuannya membentuk opini buruk tentang tayangan acara Khalifa di Trans7 agar masyarakat menilainya jelek. Ini sudah biasa. Kalau memang mereka NU tulen dan pecinta Imam Al-Ghazali, seharusnya mereka TERIMA KASIH ke Trans7 karena sudah menayangkan acara "full pujian" untuk Iman Al-Ghazali. Masyarakat jadi tahu, siapa itu Imam Al-Ghazali. Kalau mereka tulis 1000 artikel memuji Iman Al-Ghazali, belum tentu akan dibaca orang awam tentunya.

Dibandingkan kritik Imam Ibnu Qudamah & Imam Ibnul Jauzy kepada Al-Ghazali dalam kitab Minhajul Qasidin; kritik acara Khalifah itu sangat sopan. Hanya SALAH REDAKSI DOANG. Sedangkan kedua ulama itu (yakni Imam Ibnu Qudamah dan Imam Ibnul Jauzy) sudah memvonis kitab Imam Al-Ghazali Ihya' 'ulumuddin tidak boleh jadi rujukan. Sebagai gantinya, mereka datangkan kitab Minhajul Qasidin.

Atau kalau mau, mereka itu masuklah ke TV-TV itu. Lalu bikinlah acara yang memuji ulama-ulama idola. Tapi tetap harus obyektif, karena jurnalistik beda dengan PROPAGANDA. Bahkan dalam ilmu hadits juga ada: jarh wa ta'dil (kritik & pujian). Lha ini gimana, mendahulukan emosi & amarah. Super sensi dan sok latah. Ada sedikit saja kesalahan orang, langsung "radar anti wahabi" menyala. Apa saja bisa dihubung-hubungkan ke "Wahabi". [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version