View Full Version
Selasa, 19 May 2015

Warga Aceh desak Pemerintah Indonesia Selamatkan Pengungsi Rohingya demi Kemanusiaan

JAKARTA, INDONESIA (voa-islam.com) - Para warga provinsi Aceh pada hari Senin (18/5/2015) mendesak pemerintah untuk membuka perbatasannya bagi ribuan manusia perahu Muslim Rohingya Myanmar and Bangladesh yang tetap terombang-ambing di lepas pantai provinsi tersebut.

Telah mengandalkan bantuan dari orang lain setelah tsunami tahun 2004, sesepuh nelayan Aceh, Kapten Yahya Hanafiah, telah meminta armadanya untuk membawa para imigran tersebut masuk

"Kami meminta nelayan di Aceh untuk menyelamatkan mereka demi kemanusiaan. Sebagaimana hidup kita berputar, siapa yang tahu kapan kita akan kembali membutuhkan bantuan," kata Hanafiah kepada Anadolu Agency, Senin.

Setelah terjadinya bencana tsunami , Aceh - di mana sekitar 163.000 orang meninggal atau hilang - menerima hampir 5 miliar USD dalam bentuk bantuan internasional.

Hampir 1.500 orang perahu tinggal di tiga tempat penampungan di wilayah tersebut setelah diselamatkan oleh nelayan pekan lalu, namun pemerintah Indonesia telah mengatakan negara itu telah penuh.

Para imigran itu telah terpecah menjadi dua kelompok, sebagian besar 827 Rohingya terdaftar sebagai pengungsi, sementara mayoritas dari 659 warga Bangladesh telah diberitahu karena mereka adalah migran karena alasan ekonomi mereka akan dikirim kembali ke negaranya.

Ketua Komite Nasional Pemuda di ibukota Aceh, Banda Aceh, Hasnanda Putra, telah meminta pemerintah untuk berbuat lebih banyak untuk membantu Muslim Rohingya, termasuk menekan Myanmar untuk menyelesaikan masalah dalam perbatasannya yang menyebabkan umat Islam menungsi.

Sejak 2012, Rohingya - yang PBB anggap sebagai etnis minoritas paling teraniaya di dunia - telah berbondong-bondong melarikan diri dari negara itu, takut akan kekejaman dan pembantaian oleh ekstrimis Budha yang beberapa kelompok hak asasi manusia anggap disponsori negara.

"Presiden Joko Widodo harus bergerak lebih cepat untuk menekan Myanmar secara politik dan harus belajar empati dari Aceh karena banyak imigran yang kritis membutuhkan bantuan kita," kata Putra kepada Anadolu Agency.

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh, Teungku Faisal Ali, mengatakan hari Senin bahwa pemerintah tidak bisa membiarkan para imigran mati kelaparan.

"Ini adalah kasus kemanusiaan, dan kita perlu keterlibatan masyarakat internasional untuk membantu mereka," katanya.

Dia menggarisbawahi bahwa meskipun mayoritas masyarakat Aceh adalah Muslim, mereka tidak membantu karena alasan agama.

"Ini adalah tragedi kemanusiaan yang harus kita semua pecahkan bersama-sama," katanya.

TNI larang nelayan Aceh bawa pengungsi Rohingya ke wilayah RI

Semantara itu para nelayan yang beroperasi di wilayah Aceh dilarang menjemput dan membawa etnis Rohingya yang terjebak di laut ke wilayah Indonesia, kecuali kapal yang ditumpangi para imigran itu tenggelam, demikian juru bicara TNI.

"Jangan sampai ada nelayan kita menjemput mereka (kaum Rohingya) ke luar batas laut kita, kemudian keluar dari kapal dan masuk perahu nelayan, dan masuk wilayah kita. Itu yang kita larang," kata juru bicara TNI Fuad Basya kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Senin siang.

Sebelumnya, sejumlah nelayan asal Aceh mengatakan mereka dilarang untuk menjemput dan membawa imigran gelap asal Myanmar dan Bangladesh.

Kepada wartawan BBC, dua nelayan Aceh mengaku, mereka dilarang menyelamatkan para pengungsi Rohingya dari laut, "bahkan jika kapal mereka tenggelam sekalipun."

Fuad Basya membantahnya. Dikatakannya TNI tidak melarang upaya penyelamatan ke darat apabila "kapalnya tenggelam atau mereka terapung-apung di laut dan tidak ada kapalnya."

Fuad Basya mengatakan, orang asing yang masuk wilayah daratan Indonesia harus menggunakan dokumen resmi.

"TNI mempunyai kewajiban menjaga kedaulatan wilayah Indonesia, termasuk di laut," katanya.

Fuad Basya mengatakan kepada Anadolu Agency pada hari Senin bahwa sekarang militer mengerahkan empat kapal perang dan pesawat di lepas pantai Aceh untuk menjaga kapal-kapal imigran itu di teluk.

"Kami meningkatkan patroli, tapi sekarang mereka menggunakan modus baru mengeluarkan penumpang dengan menurunkan mereka ke laut seperti yang terjadi di [Kuala] Langsa," kata Fuad, mengacu pada 790 migran yang diselamatkan hari Jum'at oleh nelayan.

Di Kuala Langsa, para imigran dilaporkan telah melompat dari kapal penyelundup sekitar 64 kilometer dari lepas pantai.

Dari sana, nelayan mengatakan mereka tidak memiliki alternatif selain untuk menjemput mereka dari air atau mereka akan tenggelam. (st/aa,bbc)


latestnews

View Full Version