View Full Version
Jum'at, 22 May 2015

Ustadz Yusuf Mansyur, Sekolah yang Tidak Ada Program Tahfizhul Qur-an Bukan Sekolah Lagi Namanya

SOLO (Voa-Islam) – Bertempat di Hotel Aziza Pasar Kliwon, Surakarta, kemarin Kamis (21/05) diselenggarakan Pertemuan Para Penanggungjawab Ma’had Qur-an se-Jawa Tengah. Acara yang diselenggarakan oleh Rabithoh Ma’ahid Al Qur-an Jawa Wustho mendatangkan Ust. Yusuf Manshur dari Jakarta dan para masyaikh seperti Syekh Ghoyats Abdul Baqy, Syekh Abdul Karim Al Yamani, Syekh Muhammad Romadhan Al Mishry dan Syekh Sholeh As Sudany –hafizhohumulloh-.

... para tokoh ummat Islam di kota Solo seakan terus mengeksiskan diri dengan rangkaian historis dimana kota kecil ini pernah melahirkan beberapa pergerakan dan tokoh kaliber nasional ...

Kegiatan yang digawangi para Asatidzah yang sudah sangat akrab dengan kaum muslimin Solo, seperti Ustadz DR. Mu’inuddinillahi Basri, Lc.MA dan Ustadz Syihabuddin Abdul Mu’iz. Mendatangkan para pimpinan dari Ma’had-ma’had Tahfidzul Quran se-Jawa Tengah, acara ini seakan terus menyalakan bara semangat perjuangan kaum Muslimin Solo secara khusus yang baru saja menggelar even kolosal yang melibatkan seratusan ribu lebih ummat Islam dalam Parade Tauhid sabtu (16/05) tempo hari.

Kegiatan tersebut akan ditindaklanjuti dengan mengadakan beberapa upaya yaitu Dauroh Sanadul Qur-an, Multaqo’ regular Rabithoh Ma’ahadil Qur-an setiap 4 bulan sekali dan Standarisasi Kurikulum Pembelajaran Bahasa Arab.

Dengan sendirinya, para tokoh ummat Islam di kota Solo seakan terus mengeksiskan diri dengan rangkaian historis dimana kota kecil ini pernah melahirkan beberapa pergerakan dan tokoh kaliber nasional.

Dalam penyampaiannya, Syekh Abdul Karim Al Yamani berulangkali mengingatkan betapa Tahfizh (penghafalan) Al Qur-an adalah bagian dari sistem Tarbiyyah Islamiyyah. Oleh karenanya, di dalam setiap Ma’had Qur-an hendaknya wujud sosok dan peran Murobbi (Pendidik bukan sekedar Pengajar) yang bisa menjadi Qudwah (keteladanan) dan juga mampu melakukan Tarbiyyatul Mujtama’ (masyarakat sekitar Ma’had) agar tercipta Bi’ah Sholihah.

Karena, menurut beliau, adalah keanehan apabila kehadiran sebuah Ma’hadul Qur-an namun tidak mampu mempengaruhi dan merubah masyarakat sekitarnya. Sehingga dalam proses penghafalan Qur-an penting juga upaya mentadabburi ayat demi ayat (Dauroh Tadabbur). Sementara itu, Syekh Sholeh As Sudany mengungkapkan adanya kaitan penting antara upaya penghafalan Qur-an dengan pembelajaran Bahasa Arab.

Ustadz Yusuf Manshur dan Fenomena Kebangkitan Muhafizh Al Qur-an

Diwawancarai sambil berjalan menuju Musholla untuk menunaikan sholat Dhuhur, Ustadz Yusuf Manshur menyampaikan kekaguman beliau terhadap kebangkitan dan kecintaan Ummat Islam terhadap Tahfizhul Qur-an. Bahkan, kata beliau, fenomena ini bukan saja terjadi di pondok-pondok pesantren namun terus merambah ke sekolah-sekolah umum.

“Pokoknye, sekolah kalo kagak ade Tahfizhul Qur-an kayak bukan sekolah dah!” Kata beliau dengan logat Betawi aslinya. Ustadz Yusuf mengibaratkan bahwa program Tahfizhul Qur-an di sekolah-sekolah umum itu seperti program ekstra kurikuler semisal belajar Komputer tempo dulu.

Saat ditanya perihal kendalanya, Ustadz yang santai pembawaannya ini menyampaikan bahwa dikarenakan permintaan penyelenggaraan program Tahfizhul Qur-an begitu banyak maka terjadi kekurangan SDM handal yang mampu menjalankan program ini. Maka kegiatan di Hotel Aziza ini secara jelas menjawab apa yang menjadi kendala tersebut. Disamping upaya peningkatan kwalitas pondok-pondok penghafal Qur-an yang banyak tersebar di Jawa Tengah. (AF/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version