JAKARTA (voa-islam.com)- Ternyata gerakan sedekah yang selama ini digulirkan Ustadz Yusuf Mansur (UYM) penuh dengan kontroversi karena dinilai tidak sesuai dengan konsep ajaran Islam tentang sedekah. Hal itu terungkap dalam diskusi yang diselenggarakan Dewan Masjid Indonesia (DMI) DKI Jakarta di Jakarta Islamic Centre (JIC).
Diskusi yang mengusung tema "Dibalik Konsep Dakwah Sedekah Yusuf Mansur yang Keliru" itu berlangsung seru. Diskusi yang dibuka Ketua DMI DKI, Drs. H. Syamsuddin itu mengundang nara sumber Ustadz Hariri Rizal dan pengusaha nasional H Puspo Wardoyo. Diskusi diikuti para ustadz dan pengurus DMI DKI. Puspo Wardoyo yang, diminta berbicara pengalamannya bersedekah menceritakan bahwa sedekah memang berperan besar dalam mendukung perkembangan bisnisnya dan itu dirasakan setelah berjalan sekitar 4 tahun.
Menurutnya bukan hanya sedekah, dirinya juga lebih dulu menata sholatnya dengan lebih baik disertai kerja keras. Karena itu Puspo meminta para ulama untuk menilai apakah benar konsep dakwah sedekah ala Yusuf Mansur yang menjanjikan akan ada keajaiban sedekah setelah 40 hari (bebas hutang 40 hari) bahkan hanya seminggu ( keajaiban sedekah 7 hari).
Saya minta para ulama agar mengkaji konsep sedekah ala Yusuf Mansur yang menjanjikan keajaiban dalam 40 hari bahkan 7 hari tersebut," ujar H Puspo Wardoyo.
Dalam diskusi itu juga terungkap bahwa testimoni kisah sukses sedekah yang sering disampaikan Yusuf Mansur ternyata fiktif, alias bohong (karena tak ada figurnya). Seorang jurnalis yang dulu pernah membantu mengarang cerita unt testimoni Yusuf Mansur yang datang dalam diskusi tesebut menjelaskan hal itu. Di antara kisah fiktif itu antara lain: tukang bubur naik haji dan kisah janda yang dapat suami serta beberapa kisah fiktif lainnya.
Kisah fiktif itu disampaikan kepada jamaah dengan maksud memberi motivasi orang untuk bersedekah.Menurut Ustadz Hariri Rizal, kisah fiktif itu merupakan kebohongan sekaligus kedustaan.
"Ustadz yang sering berdusta sungguh berbahaya," tegasnya.
Adapun yang juga perlu diperhatikan adalah pernyataan Ketua DMI DKI H Syamsuddin bahwa menjanjikan hasil sedekah dengan waktu tertentu mirip perdukunan.
"Sedekah dg menjanjikan waktu tertentu itu mirip perdukunan," tegasnya.
Selain itu DMI DKI berencana untuk membahas pola dakwah sedekah ala Yusuf Mansur dengan MUI. Ketua DMI DKI juga menanggapi testimoni dari tiga orang yang pernah mengikuti pengajian pengumpulan sedekah oleh Yusuf Mansur. Ketiganya mengatakan bahwa dalam pengajiannya, Yusuf Mansur seperti menghipnotis jamaah untuk bersedekah. Bahkan ada kesan membujuk atau setengah memaksa yang hadir untuk menyedekahkan harta yang dicintai seperti perhiasan, kendaraan dan sebagainya. Lebih dari itu semua hasil sedekah kemudian dibawa Yusuf Mansur atau timnya serta tak ada audit dan tak jelas penggunaannya. Menurut H. Syamsuddin, pola pengumpulan sedekah yang demikian itu tidak sesuai dengan ajaran Islam bahkan menyimpang dari konsep ajaran Islam tentang sedekah. (Abdul Halim/voa-islam.com)