JAKARTA (voa-islam.com) - Mantan Biarawati, Ustadzah Irena Handono turut ambil peran mengkritisi tentang persoalan ‘Islam Nusantara’ yang sempat digaungkan ke ranah publik. Menurut pendiri Irena Center ini, Allah hanya meridhoi risalah sebagaimana yang dibawa oleh nabi Muhammad s.a.w..
Bukan Islam A, Islam B, Islam C, apalagi Islam Nusantara seperti sekarang yang rajin digaungkan oleh satu golongan atas nama menjunjung toleransi,” tulisnya pada akun Facebook miliknya Senin (22/06/2015).
Allah telah berfirman di dalam surat Al Maa-idah: 3, “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhoi Islam sebagai agamamu”, yang sesungguhnya telah sempurnalah agama Islam di muka bumi ini, tanpa embel-embel atau atas nama toleransi buatan manusia. Dan model toleransi yang terdapat di agama Islam adalah bentuk toleransi yang agung, bahkan sejak Islam berkembang pada awal kenabian Muhammad.
“Tanpa harus merunut akar budaya toleransi Nusantara, sejak Islam berkembang pada awal kenabian, Islam sudah menunjukkan satu model toleransi dan sistem pemerintahan yang agung. Ini tercermin dalam Piagam Madinah yang diakui politikus Barat sebagai aturan yang paling modern pada masanya,” sebutnya.
Untuk itu ia mempertanyakan oleh pihak-pihak yang menggaungkan ‘Islam Nusantara’ dengan, ‘tidak cukupkah Allah melalui Rasulnya memberikan syariat ini. Dengan mengutip salah satu perkataan imam yang menjadi rujukan umat muslim dunia, ia menyebut golongan atau pihak ‘Islam Nusantara’ sama saja telah menuduh nabi Muhammad sebagai penerima risalah yang ingkar. Pasalnya, secara tidak langsung golongan atau pihak tertentu tidak mempercayai ke-Sempurnaan yang diberikan Allah subhana wa ta’ala.
“Imam Malik berkata, “Barang siapa yang membuat perkara yang diada-adakan dalam Islam dan melihatnya sebagai suatu kebaikan, maka sesungguhnya dia telah menuduh bahwa Nabi Muhammad telah berkhianat, karena Allah Ta’ala telah berfirman dalam Al Qur’an (yang artinya), “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu…”. Maka apa yang pada hari itu tidak termasuk sebagai agama, maka pada hari inipun bukan pula termasuk dalam agama,” kutipnya dari Al I’tisham karya Asy Syathibi. (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)