BANDUNG (voa-islam.com) - Pembakaran mesjid di Tolikara menjadi bukti yang kesekian kalinya, bahwa umat Islam terus dihinakan selama belum memiliki Daulah Khilafah yang menjalankan syariah secara total. Pernyataan tersebut menjadi kesepakatan sekitar 50 ulama yang hadir dalam Multaqa Ulama Ahlu Sunnah wal Jamaah bersama HTI Jawa Barat di Kantor DPD I HTI Jawa Barat, Kota Bandung, pada Kamis (23/7)
Dalam kesempatan tersebut, KH Ali Bayanullah, sebagai inisiator acara menyampaikan bahwa dalam merespon kasus Tolikara, ulama mesti memiliki kesamaan sikap. "Latar belakang acara ini adalah untuk mencerdaskan sekaligus menyamakan sikap dikalangan Ulama dalam merespon pembakaran mesjid di Tolikara Papua", jelasnya.
Dalam kasus Tolikara, ia memandang bahwa pemerintah nampak abai dengan kepentingan kaum Muslimin. Padahal, Tolikara adalah bagian dari Indonesia yang notabene negeri dengan penduduk mayoritas muslim.
Lantas kemudian, mewakili ulama yang hadir, dihadapan insan media, ia mengajak seluruh Ulama Jawa Barat untuk mendukung perjuangan penegakkan syariah dan khilafah. "Karena hanya dengan hal tersebutlah, umat Islam akan terjaga agama, kehormatan, dan jiwanya", tandasnya.
Selain itu, KH Hidayat Hafizi, Ulama yang datang dari Kabupaten Bandung, menyoroti sikap sebagian ulama yang justru rendah diri. "Dalam kasus Tolikara, mestinya para ulama itu tak perlu menampilkan diri sebagai pihak yang meminta maaf. Karena jelas umat Islam adalah korban. Berbeda antara pemaaf dan rendah diri. Kalau tidak salah namun minta maaf, itu rendah diri namanya" katanya.
Tak hanya menyatakan sikap bersama sebagai bagian dari amar maruf nahyi mungkar, selepas acara, para ulama membagi diri menjadi dua rombongan dan berkunjung ke dua tempat. Rombongan pertama menyampaikan aspirasinya ke DPRD Kota Bandung. Sementara satu rombongan lainnya mendatangi Harian Pikiran Rakyat sebagai salah satu media terbesar di Jawa Barat. [syahid/fa/voa-islam.com]