BANDUNG (voa-islam.com) - Mencermati agenda kontra terorisme di Indonesia dari waktu ke waktu makin memperlihatkan problem kompleknya. Dari soal paradigma yang salah kaprah dengan menempatkan label teroris fokus kepada kelompok Islam tertentu. Hal ini disampaikan Direktur The Community of Islamic Ideological Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya.
“Begitu juga paradigma ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), komponen Islam di posisikan sebagai ancaman potensial dan aktual,” katanya kepada voa-islam.com, Selasa (04/08) kemarin, menanggapi pernyataan BNPT dan Densus 88 yang menyebutkan Bima sebagai poros baru "teroris" beberapa hari yang lalu.
“Ini jelas- jelas cacat memahami konstalasi ancaman dalam kontek global dan regional. Isu teroris hanyak kedok untuk memberangus kekuatan Islam, disamping jadi alasan dan nomenklatur anggaran agar proyek kontra teroris kontinyu berjalan,” tambahnya.
Soal "teroris" yang ada di Indonesia itu terkait dengan jejaring "teroris" mana? Menurut Harits itu kibulan narasinya bisa di buat. Narasi yang menggeneralisasi kelompok "teroris" dianggap terkait Al-Qaida, kemudian terkait ISIS atau jaringan baru dan sebagainya.
Termasuk adanya daerah baru (Bima –red.) yang menjadi hot spot kelompok ‘teroris’, itu semua upaya branding proyek. Belum lagi problem soal penindakan, masih berjalan hingga kini nyaris tanpa koreksi dan jumawa terkesan tidak mau dikoreksi
“Termasuk adanya daerah baru (Bima –red.) yang menjadi hot spot kelompok ‘teroris’, itu semua upaya branding proyek. Belum lagi problem soal penindakan, masih berjalan hingga kini nyaris tanpa koreksi dan jumawa terkesan tidak mau dikoreksi yakni dimana seseorang bisa ditangkap hanya karena di duga terkait jaringan teroris,” jelasnya.
Dan sikap aparat pemerintah dalam hal ini BNPT dan Densus 88 menurut Harits sangat berbeda pada kasus-kasus lain seperti Tolikara atau lainnya.
“Apakah "teroris" betul-betul menjadi sertifikat "halal" bagi aparat kepolisian, BNPT atau lainnya untuk berbuat sesuka hati dengan cara yang dzalim kepada umat Islam??Wahai penguasa, wahai aparat lakukan apa saja yang engkau suka jika tidak lagi punya rasa malu dan keadaban di negeri ini!,” pungkasnya. [syahid/voa-islam.om]