View Full Version
Senin, 10 Aug 2015

NU-Muhammadiyah Harus Sadarkan Umat untuk Kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah

BANDUNG (voa-islam.com) - Menurut?Sekretaris Pembela Ahlus Sunnah (PAS) Jawa Barat Syarif Hidayat, M.Pdi, Nahdhatul ?Ulama (NU) dan Muhammadiyah adalah dua ikon pergerakan dakwah Islam di Indonesia yang mewakili dua arus pemikiran yang berbeda; yang satu mewakili pergerakan dakwah salafiyah tradisionalis dan yang satu lagi mewakili pergerakan dakwah muslim modernis.

"Sungguh elok bila kedua ikon pergerakan dakwah isl?miyyah ini bersinergi dalam mewujudkan ajaran Islam yang rahmatan lil ??lamīn," katanya dalam rilis yang diterima?voa-islam.com,?Sabtu (08/08) kemarin menanggapi selesainya Muktamar NU dan Muhammadiyah beberapa waktu yang lau.

Kedua ormas ini lanjut Ustadz Syarif merupakan lokomotif bagi ormas-ormas Islam lainnya, sehingga acapkali menjadi rujukan untuk perkembangan dakwah dan tarbiyah isl?miyyah di Nusantara.

"Dengan demikian, tidak berlebihan bila umat menaruh harapan besar terhadap kedua pemimpin yang baru terpilih. Ada harap dan cemas yang selalu menyertai pemilihan ketua umum masing-masing ormas tersebut. Namun, in sya Allah bila mencermati komposisi steak holder dari kedua ormas pasca muktamar kemarin rasa-rasanya angin segar penyebaran dakwah dan tarbiyah isl?miyyah di NKRI ini akan lebih baik lagi daripada periode sebelumnya," paparnya.

Ketua Umum terpilih, baik NU maupun Muhammadiyah, dapat mengembalikan kedua ikon pergerakan dakwah?isl?miyyah?ini ke?khiththah?para pendirinya. Jangan lantaran pertimbangan pragmatis sesaat beralih menjadi pendukung kesesatan (Syi?ah dan Ahmadiyah) atau aliran liar lainnya?

Hal itu kata Ustadz Syarif berdasarkan pada kenyataan bahwa di Pengurus Besar NU ada KH. Ma?ruf Amin yang akan mendampingi Ketua Umum, sedangkan di Pimpinan Pusat Muhammadiyah ada KH. Yunahar Ilyas yang akan mendampingi Ketua Umum.

"Sehingga, harapan besar pun kami sampaikan kepada mereka semua, mudah-mudahan kedua ormas tersebut dapat memasuki fase dinamisasi ormas Islam ke arah yang lebih baik dari sebelumnya dalam artian lebih mengidhharkan kembali kesadaran umat untuk berpegang teguh pada al-Qur?an dan al-Sunnah dengan pemahaman ?ulama-?ulama yang mu?tabarah (kompenten dan kredibel), juga tidak menyelisihi pemahaman al-salaf al-sh?lih," ujar Peserta Program KSU DDII-BAZNAS ini.

"Mudah-mudahan kedua Ketua Umum terpilih dapat mewujudkan idealisme kepemimpinan yang setidaknya seperti diungkapkan Abu Hasan al-Mawardi di dalam magnum opusnya, al-Ahk?m al-Sulth?niyyah bahwa?Kepemimpinan (imam) itu diproyeksikan untuk mengambil alih peran kenabian dalam menjaga agama dan mengatur dunia,? tambahnya.

Karena itu, Ustadz Syarif berharap kepemimpinan Ketua Umum terpilih, baik NU maupun Muhammadiyah, dapat mengembalikan kedua ikon pergerakan dakwah isl?miyyah ini ke khiththah para pendirinya.

"Jangan lantaran pertimbangan pragmatis sesaat beralih menjadi pendukung kesesatan (Syi?ah dan Ahmadiyah) atau aliran liar lainnya," pungkas mahasisa program S3 UIKA Bogor.

Seperti diketahui, Muktamar Nahdlatul Ulama akhirnya kembali memilih Said Aqil Siradj sebagai Ketua Umum PBNU, dan Muktamar Muhammadiyah akhirnya memilih Haedar Nashir sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version