JAKARTA (voa-islam.com)- Wakil Ketua DPD, Farouk Muhammad, meminta pemerintah melalui kementerian kesehatan dan misi kesehatan haji Indonesia agar serius mengantisipasi dan melindungi jamaah haji dari terjangkit virus sindrom pernafasan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus atau MERS-CoV.
"Pemerintah melalui tim kesehatan haji harus ekstra protektif dan melakukanlangkah-langkah antisipasi baik di Saudi Arabia maupun kesiapan menyambut
kedatangan kembali di bandara. Jangan sampai jamaah haji terserang virus mematikan tersebut," ujar Senator NTB ini melalui rilis yang diterima redaksi voa-islam.com.
Menurut Senator asal NTB ini, saat berada di Saudi Arabia, tim kesehatanhaji Indonesia harus melakukan sosialisasi intensif kepada jamaah haji untuk menjaga kesehatan, waspada agar tak terjangkit virus, serta deteksi dini kondisi kesehatan jamaah jika ada yang terjangkit penyakit.
“Pengawasan ketat harus dilakukan terhadap jamaah rentan atau berisiko tinggi karena sedang sakit. Mereka harus diingatkan untuk tertib mengkonsumsi obat agar tidak drop,” ujarnya.
Tim kesehatan haji, lanjut Guru Besar PTIK-UI ini, juga harus proaktif mengingatkan jamaah agar menjaga kesehatan dengan banyak minum air,
berperilaku bersih, mencuci tangan, banyak istirahat, hindari kerumanan dan interaksi yang terlalu sering dengan warga asing serta selalu menggunakan masker.
“Penggunaan masker seyogiyanya diwajibkan bagi jamaah untuk mencegah penularan virus,” katanya.
Menurut Farouk Muhammad, penjagaan dan pengawasan ekstra tersebut terus dilakukan hingga saat hendak kembali ke tanah air. Di bandara, tim
kesehatan haji bekerja sama dengan tim kesehatan di Saudi Arabia perlu meningkatkan monitoring untuk mewaspadai masuknya penderita yang diduga
pengidap MERS dan meningkatkan deteksi terhadap jamaah yang dicurigai untuk pengambilan tindakan yang tepat.
Menurut Doktor lulusan Florida State University AS ini, kegagalan dalam mengantisipasi sehingga masuk seorang penderita MERS risikonya sangat besar, bukan saja korban jiwa dan kesehatan tetapi juga kerugian ekonomis, seperti yang dialami Korea Selatan beberapa waktu yang lalu. Masuknya virus
MERS ke Korsel menyebabkan 36 warganya meninggal dunia dan ratusan lainnya positif terjangkit, sementara lebih dari 2600 orang dikarantina (Data Juli 2015).
MERS juga menyebabkan ekonomi Korsel turun drastis. Korsel sampai harus menyuntikkan dana USD19,8 miliar untuk membantu bisnis yang terkena
dampak wabah MERS serta 30 juta won untuk memancing kembali turis asing. Jangan sampai hal itu terjadi di Indonesia.
“Oleh karena itu kewaspadaan dan kesiapsiagaan pemerintah khususnya tim kesehatan haji sangat penting. Ini semua dilakukan semata-mata untuk
melindungi rakyat dari bahaya MERS dan potensi penyebarannya masuk ke Indonesia," pungkasnya.
Virus sindrom pernapasan yang merebak di Timur Tengah (MERS) diduga berasal dari unta. Virus korona yang mirip SARS tersebut telah menginfeksi ribuan orang, yang tinggal atau punya kaitan dengan Timur Tengah. Sudah banyak pasien yang meninggal. (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)