JAKARTA (voa-islam.com) - Kasus pembakaran Masjjid di Tolikara menyisakan keprihatinan bagi Umat Islam. Pasalnya, peristiwa berlangsung saat Umat Islam akan merayakan Idul Fitri, dan kemudian kalangan Kristen di Tolikara melakukan aksi kekerasan dengan membakar Masjid.
Kasus di Tolikara ini hanya mengulangi peristiwa di Ambon, tahun l999. Di mana kalangan kristen melakukan aksi penghancuran terhadap Umat Islam saat Idul Fitri. Kekerasan di Ambon di zaman Presiden Habibi itu, menimbulkan persoalan yang sangat sensistif, dan kelompok perlawanan dari kalangan umat Islam, yang kemudian pergi bejihad ke Ambon.
Sekarang, usai kasus Tolikara, Dirjen Bimas Kristen Kementerian Agama, Odhita R Hutabarat mengatakan, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) berencana meminta maaf secara terbuka kepada Umat Muslim Indonesia pada Sabtu (18/7), besok. PGI akan memberikan keterangan kasus Tolikara sekaligus menyampaikan permintaan maafnya melewati media.
"Tentang peristiwa itu, kita minta PGI untuk memberikan keterangan dan menyampaikan maaf kepada umat Islam lewat pers," kata Odhita lewat siaran persnya di Jakarta, Jumat (17/7).
Menurut dia, pihaknya sudah mengambil langkah untuk menyelesaikan kasus pembakaran masjid di Tolikara, Wamena Papua pada Jumat (17/7). Ia juga mengaku sudah menghubungi Ketua Sinode Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) untuk menjelaskan surat larangan shalat Ied yang sudah beredar di media massa tersebut. "Kita sudah menghubungi Sinode GIDI untuk berikan penjelasan kronologi kejadian," katanya.
Dia juga meminta GIDI sebagai pelaku dalam peristiwa itu mengirimkan surat permohonan maaf kepada umat Islam lewat Kemenag. GIDI, kata Odhita, akan segera mengirim surat itu secepatnya melalui emailnya dan akan disampaikan kepada umat Islam di Indonesia.
Bukan saja GIDI, induk organisasinya yaitu Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) juga diajak ikut serta menyelesaikan kasus itu. PGLII diharapkannya segera mengambil langkah strategis untuk menyikapi peristiwaa Tolikara dan ikut menyampaikan permintaan maaf pada umat Islam.
Atas nama umat kristen, Odhita menyatakan keprihatinannya kepada umat Islam di Tolikara. Apalagi kejadian itu terjadi saat hari kemenangan bagi umat Islam, khususnya di Papua. Ia berharap kasus Tolikara itu dapat diselesaikan sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.
"Atas nama pemerintah kami mohon maaf atas peristiwa yang melukai hati umat Islam yang juga saudara-saudara kami," kata Odhita meminta maaf.
Seperti diketahui, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan inti persoalan adalah jemaat Nasrani yang merasa terganggu dengan speaker masjid umat Muslim yang akan melakukan Shalat Ied. Umat Nasrani mengklaim suara speaker yang dipasang di tengah lapangan menggangu ketenangan umum.
Mereka meminta umat Muslim untuk membubarkan kegiatan Shalat Ied tersebut. Hal itu berujung pada perang mulut antara kedua kubu. Kelompok Nasrani kemudian melempari masjid dengan api hingga terbakar. Bukan saja itu, sejumlah kios dan rumah ikut terbakar.
Begitulah nasib Umat Islam jika dalam posisi minoritas. Pasti akan menghadapi kekejian dari golongan lainnya. Persis seperti di Myanmar, India, Philipina Selatan, dan bahkan di Israel. Di mana Umat Islam diperlakukan secara keji. (sasa/dbs/voa-islam.com)