View Full Version
Senin, 12 Oct 2015

Di Kupang, Ada Muslimah Berjilbab yang Senang Anaknya Jadi Pastor?!

KUPANG (voa-islam.com)—Ada pemandangan aneh di satu gereja di Maumere, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (10/10/2015). Siti Aisyah, seorang ibu paruh baya berjilbab terlihat mendampingi putranya, Robertus Asiyanto (31 tahun) yang ditahbiskan menjadi imam serikat Sabda Allah (SVD) dalam Gereja Katolik.

Seperti dikutip Pos Kupang, Siti Aisyah yang merupakan muslimah ini terlihat khusyu mengikuti perayaan misa dan pentahbisan. Robertus Asiyanto ini ditahbiskan bersama 10 imam gereja lainnya.

"Senang sekali. Saya sangat senang," ujar Siti Asiyah.

Saat pentahbisan ini Siti Aisyah didampingi pula oleh ayah angkat Robertus Asiyanto. Dalam pemberitaan tidak disebutkan status agama ayah angkat Robertus ini. Sementara ayah kandung Robertus ini dikabarkan telah puluhan tahun meninggalkan mereka di Cancar, Manggarai.

Robertus Yanto mengaku ia menjadi Katolik sejak kelas III SMP. Fakta ini banyak disesalkan para netizen.

Syarkowi Pabli seorang netizen menulis, “Dalam iman Islam ini tolrensi yg menyesatkan, ibu itu seharusnya wajib membimbing anak2nya utk bertaqwa kpd Allah SWT dan Rasulullah...”

“maaf...dlam ajaran kami...itu trmasuk perbuatan dosa...astagfirullah... dan memang benar kami di ajarkan toleransi.... tp ya gk sampe mndukung anakya mnjdi pastur juga keleeesss... seharuse ibu itu mngajari anak2ya untuk bertaqwa pd Allah...bukan mndukung yg sperti itu....

Netizen lainnya dengan akun Munif Masih Disini menulis, “maaf...dlam ajaran kami...itu trmasuk perbuatan dosa...astagfirullah... dan memang benar kami di ajarkan toleransi.... tp ya gk sampe mndukung anakya mnjdi pastur juga keleeesss... seharuse ibu itu mngajari anak2ya untuk bertaqwa pd Allah...bukan mndukung yg sperti itu....

Sementara Juita Full, berkomentar singkat, “Pembohongan publik mana ada org tua yg rela.”

Ada juga netizen yang berkomentar karena kemiskinan sang ibu merelakan anaknya menjadi pastor. “Kasihan keluarga ini. Yakin karna kemiskinan mereka menggadaikan keimanannya & praktek mengagamakan orang yg beragama masih terjadi. Kelas 3 SMP Bukan usia dewasa dimana mereka bisa memutuskan suatu perkara terlebih itu keputusan menjadi murtad. Nauzubillah, moga praktek seperti ini tidak terjadi dilingkungan keluarga muslim lainnya. Ayo lindungi keluarga kita dari pemurtadan. NAUZUBILLAH...,” tulis Muhammad Junaidi. * (syaf/pos kupang/voa-islam.com)

 

 


latestnews

View Full Version