View Full Version
Senin, 12 Oct 2015

Perjuangan Penegakkan Syariah, Bukti Kecintaan Terhadap Indonesia

BANJAR (voa-islam.com) - “Jika wawasan kebangsaan diartikan sebagai bentuk kepedulian atau sikap cinta terhadap bangsa Indonesia ini, maka kita memiliki kecintaan yang sama. Bentuk kecintaan kita terhadap Indonesia ini adalah dengan memberi solusi atas hegemoni kapitalis yang menjajah Indonesia, yakni kembali kepada hukum Allah.

Syariat Islam. Istiqomah menawarkan Islam sebagai solusi, dengan dakwah tanpa kekerasan,” kata Ketua DPD II HTI Kota Banjar Ustadz Yamin Rohaimin dalam sambutannya pada agenda rutin Halqoh Islam dan Peradaban (HIP) pada ahad (04/10/2015) di Gedung Dakwah Kota Banjar. Tema yang diambil adalah mengenai wawasan kebangsaan, antara cita-cita dan realita.

Wawan Gunawan, S.P, M.Si, dari Kepala Kantor Kasbangpol Kota Banjar pada kesempatannya sebagai pembicara pertama memaparkan mengenai wawasan kebangsaan. Ia menyampaikan bahwa wawasan adalah wawasan yang mementingkan kesepakatan, kesepahaman, kesejahteraan, kelemahan, dan keamanan bangsanya sebagai titik tolak dalam berfalsafah, berencana dan bertindak. Wawasan kebangsaan mencakup politik, sosial budaya, ekonomi, dan hankam.

“Hal-hal yang harus dicegah adalah inferioritas dan superioritas suku bangsa, kesenjangan kewilayahan barat dan timur, kesenjangan antar penduduk miskin dan kaya. Hal yang perlu dikembangkan adalah menggali, menghimpun, mengidentifikasi, mendekripsikan, dan menyusun peta budaya dan bahasa nasional, kontak lintas budaya, pendidikan berkelanjutan, meningkatkan daya adaptasi,” tambahnya terkait tentang masalah wawasan kebangsaan.

Diakhir pemaparannya, ia berkesimpulan bahwa cita-cita terkait wawasan kebangsaan itu saat ini belum tercapai.

Sementara itu aktivis HTI Kota Banjar Ustadz Tasudin, S.Pd., mengawali materinya dengan menyatakan adalah sebuah keniscahyaan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku sebagaimana tercantum dalam al-Quran. Wawasan kebangsaan sendiri memiliki harapan diantaranya membangun dan mengembangkan persatuan dan kesatuan, meniscayakan persamaan dan kesatuan dalam segala bidang, dan mencegah disintegrasi yang merongrong kesatuan dan persatuan.

Hanya ke arah Islam sajalah kita bisa berharap terciptanya baldah thayyibah wa rabbun ghafur yang rahmatan lil alamin

Namun realitanya, lanjutnya tidaklah demikian. Yang mengaku pancasialispun ternyata tidak menjalankan Pancasila dengan bukti penerapan ideologi sosisalisme hingga kapitalisme mengatasnamakan Pancasila. pelepasan Timor Timur, penyerahan sumber daya alam kepada swasta dan asing, lahirnya UU liberal.

Dalam realitas persatuan dan kesatuan banyak bermunculan gerakan separatis seperti OPM dan RMS yang justru mendapat dukungan asing hingga munculnya wacana Negara Rakyat Nusantara yang memecah belah Indonesia. Dalam realita dibidang politik, banyak pejabat yang tersandung korupsi.

Dibidang ekonomi pun memberikan realitanya miris yakni dengan utang luar negeri Indonesia yang terus meningkat. Lantas ia menekankan bahwa neoimperalisme dan neoliberalismelah penyebabnya yang sangat berbahaya wawasan kebangsaan terhadap untuk Indonesia.

Terkait peran HTI sendiri ia memaparkan bahwa HTI bekerja untuk menjaga dan membebaskannegara ini dari segala bentuk penjajahan melalui penegakan syariah. Karena penjajahan yang paling nyata,setelah penjajahan fisikberakhir, adalah melalui penerapan sistem sekular, utamanya di bidang ekonomi dengan penerapan ekonomi kapitalis, dan di bidang politik penerapan demokrasi yang terbukti telahmenimbulkan berbagai bentuk kerusakan.

“Kontekstualisasi Perjuangan Penerapan Syariah merupakan Bentuk kepedulian HTI terhadap keadaan negeri ini dan masa depannya,” ujarnya.

“Kecintaan pada negeri ini, HTI berjuang melalui dakwah fikriyah yakni menebarkan pemikiran Islam dan membantah ide yang tidak Islami, dakwah siyasiyah yaitu membentuk kesadaran dan perubahan politik dan la ‘unfiyah atau non kekerasan," jelasnya.

"Inilah juga bentuk syukur yang benar kepada Allah SWT yang telah menganugerahkankemerdekaan. HTI ingin menghela perubahan negeri ini ke arah yang baik, yaitu ke arah Islam; bukan ke arah Sosialisme ataupun Kapitalisme yang diatasnamakan Pancasila.  Hanya ke arah Islam sajalah kita bisa berharap terciptanya baldah thayyibah wa rabbun ghafur yang rahmatan lil alamin,pungkasnya. [mijabar/voa-islam.com]

Editor: syahid


latestnews

View Full Version