ACEH SINGKIL (voa-islam.com)—Tokoh masyarakat Aceh Singkil, Ustadz Zainal Abidin mengatakan pembakaran gereja yang terjadi Selasa (13/10/2015) lalu merupakan puncak dari kesabaran dan toleransi umat Islam Aceh Singkil, Aceh.
Selama ini, jelas Ustadz Zainal, umat Islam Aceh Singkil sudah berupaya membangun kerukunan umat beragama. Namun, ada pihak-pihak yang merusak kerukunan tersebut.
“Sudah 36 tahun kami menahan diri. Kesepakatan soal pendirian gereja yang disepakati seringkali dilanggar,” jelas Ustadz Zainal kepada voa-islam, Kamis (15/10/2015) malam.
“Pada tahun 1979 sudah ada kesepakatan soal pendirian gereja, terutama soal perizinan. Tetapi kesepakatan ini tidak dilakukan. Gereja-gereja liar semakin banyak di sini”
Menurut Ustadz Zainal, sejak tahun 1979 sudah ada kesepakatan antara umat Islam dan Umat Kristen di Aceh Singkil.
“Pada tahun 1979 sudah ada kesepakatan soal pendirian gereja, terutama soal perizinan. Tetapi kesepakatan ini tidak dilakukan. Gereja-gereja liar semakin banyak di sini,” ungkap Ustadz Zainal yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al Anshar, Aceh Singkil.
Ustadz Zainal menyebutkan ada juga gereja yang memalsukan tanda tangan dukungan pendirian gereja sebagai syarat keluarnya perizinan.
“Kami juga menemukan pemalsuan dukungan. Seperti yang mendukung pendirian gereja identitasnya tercatat berdomisili di luar Aceh Singkil,” terang Ustadz Zainal.*[Syaf/voa-islam.com]