GRABAG, MAGELANG (voa-islam.com) – Tabligh Akbar “Umat Islam Bersatu Waspada Komunis dan Syiah”, di Kota Grabag, Magelang, Jawa Tengah, Ahad (25/10/2015) lalu, memperjelas sikap warga Nadhliyyin Kecamatan Grabag.
“Terkait sikap terhadap ajaran Syiah, Nahdlatul Ulama sudah sejak dulu berpijak kepada fatwa KH. Hasyim Asy'ari yang menyebutkan bahwa Syiah merupakan ahlul bid'ah yang (kita) tidak boleh berpegang kepada pandangan-pandangan mereka," point keempat dari maklumat yang disampaikan Pengurus Majlis Wakil Cabang Nahdlatul 'Ulama Kecamatan Grabag.
Kegiatan tabligh akbar untuk mengingatkan umat Islam akan bahaya gerakan komunis dan Syi’ah ini diselenggarakan oleh Forum Ukhuwah Islamiyah Kedu Raya.
Sekira 2 ribuan jamaah memadati halaman Kantor Kecamatan Grabag, Magelang.
Walaupun acara dimulai seleas shalat Dzuhur, namun dengan penuh semangat kaum muslimin di wilayah Kedu raya berduyun-duyun menghadiri tabligh yang menghadirkan A'wan Syuriah PWNU Jawa Timur, Al-Habib Ahmad bin Zein Al-Kaff.
Menurut kontributor voa-islam di lapangan, sehari menjelang acara ada himbaun dari ormas Islam tertentu agar warganya tidak ikut hadir di acara tersebut. Diyakini berdampak atas kehadiran kaum muslimin di kegiatan keumatan tersebut.
KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) memiliki sikap sangat tegas terhadap golongan pencaci istri dan sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, yaitu golongan Syi’ah.
Berikut perkataan KH. Hasyim Asy’ari terkait Syi’ah dalam buku Irsyadussari fi jam’I Mushonnafaat Asyekh Hasyim Asy’ari:
“Dan diantara mereka ada kaum rofidhoh (syi’ah) yang mencaci-maki Sayyidina Abu Bakar dan Umar ra, dan mereka membenci sahaba-sahabat (nabi) ra dan secara berlebih-lebihan (ghuluw) terhadap Sayyidina Ali dan ahlul bait ra. Sayyid Muhammad berkata dalam syarah al-Qomus (tentang Syi’ah): Dan sebagian mereka (Syi’ah) telah sampai pada kekafiran dan zindiq, semoga Allah melindungi kita dan kaum muslimin darinya”.
Dan Qodhi “Iyadh berkata dalam kitab as-Syafa: dari Abdullah bin Mugaffal ra berkata: “Takutlah kepada Allah akan sahabatku, janganlah kalian menjadikan mereka sebagai sasaran (hujatan). Barang siapa yang mencintai mereka, maka akupun akan mencintainya dengan cintaku, dan barangsiapa yang menyakiti mereka, maka mereka menyakiti aku. Dan barangsiapa menyakiti aku, maka sesungguhnya dia telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa menyakiti Allah, maka aku khawatir Dia akan mengazabnya.” (hal 11).
Rasulullah Saw bersabda: “Janganlah kalian mencaci maki sahabatku, karena barangsiapa mencaci mereka, maka baginya laknat Allah, malaikat dan seluruh manusia, Allah tidak akan menerima darinya ibadah wajib maupun sunnah.” (hal 11).
Dan beliau, Nabi Saw bersabda: “Janganlah kalian mencaci maki sehabatku, sesungguhnya akan datang suatu kaum di akhir zaman yang mencaci maki mereka, maka janganlah kalian menshalati (jenazah) mereka, dan jangan shalat bersama mereka, dan jangan kalian menikah dari mereka, dan jangan duduk bersama mereka, jika mereka sakit janganlah kalian menjenguknya.” (hal 11)
Beliau Saw juga bersabda: “Barangsiapa mencaci maki sahabatku, maka pukullah dia.” (hal11).
Rasulullah Saw telah menyatakan bahwa, mencela dan menyakiti mereka berarti menyakiti beliau Saw dan menyakiti beliau adalah hukumnya haram, beliau bersabda: “Janganlah kalian menyakitiku dengan menyakiti sahabatku, karena sesungguhnya menyakiti mereka adalah menyakitiku.” Dan beliau bersabda, “Janganlah kalian menyakitiku dengan menyakiti Aisyah.” Dan beliau bersabda tentang Fatimah ra: “dia (Fatimah) adalah bagian dari diriku, sehingga akupun merasa sakit apabila merasakan sakit.”
Rasulullah Saw bersabda: “Tanda keimanan adalah mencintai kaum anshor, dan tanda kemunafikan adalah membenci mereka.” (hal 17).
Dan dari Jabir ra secara marfu’: “Mencintai Abu Bakar dan Umar adalah bagian dari iman, dan membenci mereka adalah kekafiran, dan barangsiapa yang mencaci maki sahabat-sahabatku, maka baginya laknat Allah, dan barangsiapa yang menjagaku dengan menjaga (kehormatan) sahabatku, niscaya aku akan menjaganya pada hari kiamat.” (hal 17).
“Maka wajiblah bagi setiap mukallaf untuk mencintai keluarga nabi dan seluruh sahabatnya yang arab maupun non-arab, dan janganlah dia menjadi seperti khawarij yang membenci ahlul bait sehingga tidak bermanfaat bagi mereka kecintaan mereka terhadap sahabat. Dan tidak pula seperti Rofidhoh (syi’ah) yang membenci sebagian sahabat, sehingga tidak berguna bagi mereka kecintaan mereka terhadap ahlul bait…” (hal 17).
“Dan sesungguhnya di periode terakhir masa sahabat, telah terjadi penyimpangan dari kaum Qadariyah, yaitu Ma’bad al-Juhani dan pengikutnya, dan para sahabat telah berlepas diri dari mereka seperti Abdullah bin Umar dan Jabir serta Anas dan yang lainnya ra. Kemudian setelah itu menyusul penyimpangan lainnya sedikit demi sedikit sampai sempuna menjadi 72 golongan sesat dan golongan ke-73 mereka adalah Ahlussunnah Wal Jamaah, dan mereka itulah golongan yang selamat.
Maka apabila ada yang bertanya, apakah golongan-golongan sesat bisa diketahui? Maka jawabannya adalah: sesungguhnya kita mengetahui perpecahan dan induk golongan-golongan tersebut, dan sesungguhnya setiap golongan terpecah menjadi golongan-golongan (yang lain) walaupun kita tidak mengetahui nama dari golongan-golongan tersebut serta madzhabnya”. (hal 24).
“Dan induk (semua) golongan adalah Haruriyah, Qadariyah, Jahmiyah, Murji’ah, Rofidhoh (Syi’ah) dan Jabariyah dan sebagian ulama rahimahumullah mengatakan: induk golongan-golongan sesat adalah keenam golongan tersebut, dan masing-masing terpecah menjadi 12 golongan sehingga menjadi 72 golongan”. (hal 24). [PurWD/voa-islam.com]