SURAKARTA (voa-islam.com)- Imam besar FPI Dr. Habib Riziq Sihab, Lc, MA hadir dalam tabligh akbar “Sikat Komunis dari NKRI” di Masjid Agung Surakarta [Selasa/10/11]. Ribuan umat Islam menghadiri acara tersebut. Massa dari berbagai elemen juga hadir untuk bersepakat menangkal faham sesat komunis yang kian hari kian berani.
Dalam kesempatan tersebut, Habib Riziq mengingatkan jamaah yang hadir bahwa kebangkitan paham Komunis di Indonesia yang didalangi oleh anak cucu para PKI bukan omong kosong belaka tapi nyata adanya.
“Ada sekelompok orang atau pihak bahkan dari kalangan pejabat sendiri yang sedang meninabobokan Indonesia, khususnya umat Islam. Apa yang mereka katakan? PKI sudah tidak ada, PKI sudah cerita masa lalu, PKI sudah finish, PKI sudah nggak bahaya lagi, PKI sudah selesai, mustahil PKI itu bangkit lagi, nggak mungkin PKI itu hidup lagi dan sebagainya.” Jelas Habib Riziq mengawali tabligh akbar yang dihadiri hampir sepuluh ribu umat Islam.
“Ibadullah, pernyataan seperti itu yang saya maksudkan meninabobokan bangsa Indonesia karena masyarakat menjadi lengah, lalai dan tidak waspada. Begitu dirasa tepat, akhirnya PKI mendapatkan kesempatan untuk terus bangkit dan bergerak secara leluasa seperti sekarang. Innalilahi wa innalilahi rojiun,” lanjutnya.
Habib Riziq juga mengingatkan agar umat Islam belajar dari sejarah serta jangan sampai terjatuh kepada pada kesalahan yang sama. Umat Islam juga wajib bisa membaca situasi yang terjadi. Jangan sampai kita dikhianati oleh PKI untuk ke depannya karena kelalaian kita. Oleh karena itu umat islam wajib paham gerak dan aksi para PKI yang kini mulai merongrong kekuasaan dan bangkit kembali.
“Siapa bilang PKI sudah selesai? Siapa bilang PKI tidak bangkit lagi? Mari saya rincikan satu per satu pada malam hari ini. Pertama: dulu sebelum reformasi sebelum tahun 1998, sejarah tentang pengkhianatan PKI baik di tahun 1948, ataupun penghianatan mereka di tahun 1965 masuk dalam kurikulum pendidikan nasional sejarah Indonesia.
Dari SD, SMP, SMA dari Sabang sampai Merauke anak anak kita diajarkan, diinformasikan, dan diberitahukan apa dan bagaiman itu PKI. Tidak ada anak sekolah yang tidak tahu, tidak ada anak Indonesia yang ikut pendidikan yang tidak tahu, tapi begitu reformasi 1998 bagian pengkhianatan PKI dihilangkan dari kurikulum sejarah nasional Indonesia,” imbuhnya.
“Siapa itu yang mampu menghilangkan penghianatan PKI dari kurikulum pendidikan nasional? Itu bukan orang kecil, kalau orang kecil yang tidak punya kekuatan, mana mungkin dia bisa menghilangkan bagian dari kurikulum pendidikan nasional. Kurikulum pendidikan nasional itu tidak sebarangan dibuat, tidak sembarangan ditambah dan tidak sembarangan dikurangi, tidak sembarangan dihapus saudara, yang bisa melakukan itu adalah orang yang punya kekuatan, kekuatan politik, kekuatan keuangan. Artinya ada tangan-tangan jahil yang bermain di balik semua ini. Dia bisa hapus. Oleh karenanya sejak tahun 1998 anak-anak yang baru mencicipi pendidikan SD sampai hari ini, tidak ada lagi yang mendapatkan informasi tentang PKI,” pungkasnya.
Akhirnya satu demi satu fakta sejarah kebiadaban PKI ditelanjangi pada malam itu dan umat Islam Surakarta kian sadar akan pentingnya waspada terhadap gerakan anti komunis ini. [protonema/voa islam]
Editor: RF