JAKARTA (voa-islam.com)—Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain menyerukan agar setiap pejabat tidak hanya bertugas mensejahterakan rakyatnya, tetapi juga berupaya menjaga akidah rakyatnya dari kesesatan.
Pernyataan Tengku Zulkarnain ini menyoroti fenomena kemusyrikan di Purwakarta, Jawa Barat yang dipelopori oleh Bupati Dedi Mulyadi.
“Akidah tidak bisa dicampur-campur. Akidah ini mesti murni seratus persen. Jadi sebagai seorang pejabat, hal itu bisa fatal, bisa merusak rakyatnya yang Islam juga. Kalau begitu pantaslah jika ulama-ulama di daerah itu memberikan teguran,” jelas Tengku Zulkarnain ketika ditemui voa-islam di Kantor MUI Pusat, Jalan Proklamasi Jakarta, Jumat (27/11/2015) siang.
Sebagai seorang pejabat muslim sudah selayaknya, kata Tengku Zulkarnain, Dedi Mulyadi mendengar nasehat dari ulama. (baca: Ulama yang Sebut Buapti Purwakarta 'Raja Syirik' Dilaporkan ke Polisi)
“Sebagai orang Islam awam dia harus mendengar nasehat ulama,” tegas Tengku Zulkarnain.
Jika pun Dedi memaksa melakukan praktek kemusyrikan, maka Tengku Zulkarnain menekankan agar itu dilakukan untuk dirinya sendiri.
Jika pun Dedi memaksa melakukan praktek kemusyrikan, maka Tengku Zulkarnain menekankan agar itu dilakukan untuk dirinya sendiri. Tidak kemudian Dedi membuat kebijakan-kebijakan yang dapat membawa rakyat yang dipimpinnya ke arah kemusyrikan. (baca: Inilah Cerita Kemusyrikan Bupati Purwakarta)
“Kalau dia merusak agama, maka dia melanggar Pancasila, sila Ketuhan Yang Maha Esa. Rakyatnya misalnya 90 persen Islam, maka bisa ketularan rusak jadinya,” demikian Tengku Zulkarnain.* [Syaf/voa-islam.com]