BEKASI (voa-islam.com)—Polemik soal penggunaan atribut Natal bagi karyawan Muslim terus berlanjut. Di dunia maya, persoalan ini pun menjadi perhatian dan perdebatan para netizen.
Pemilik akun Facebook Ncah Njeporo mengungkapkan bahwa polemik atribut Natal ini akan terus terjadi setiap tahun jika tidak ada persamaan persepsi tentang makna toleransi.
“Pemahaman tentang makna toleransi antar umat beragama sepertinya perlu disamakan dl antar pemuka agama. tiap akhir tahun menjelang natal hampir seluruh pusat perbelanjaan slalu saja pake atribut sinterklas utk semua karyawan tak peduli dia muslim. meskipun MUI mengeluarkan himbauan tp tdk diiringi himbauan dr para pastur/pendeta, utk sma sama menjaga toleransi . akan mustahil terjaga itu makna toleransi,” tulis Ncah Njeporo dalam fans page Facebook voa-islam,belum lama ini.
Netizen lainnya, Maulana Yusuf menilai imbauan dari berbagai pihak agar perusahaan tidak mewajibkan karyawan Muslim menggunakan atribut Sinterklas terasa tidak efektif jika ternyata masih ada perasaan takut dari para karyawan Muslim.
“Waloupun perusaha'an tidak memaksakan pemakaian atribut natal tetapi kadang karyawan takut di angap karyawan yg tidak baik oleh perusahaan jika tidak menggunakan atribut yg perusahaan sediakan,” tulis Maulana Yusuf.
Pemilik akun Asrof Ibn Sukardi memberi saran agar karyawan Muslim tidak perlu takut menolak aturan penggunaan atribut Natal di tempat kerjanya.
Asrof Ibn Sukardi mengaku di tempat ia bekerja ada aturan tersebut. Namun, ia punya cara efektif untuk menolaknya.
“Ditempat ane kerja jga gtu, klo tiap perayaan hari raya agama disuruh pke atribut yg identik dg hari rayanya. Tp ane sih bilang aja klo gak pke atribut, krn ga da kaitannya pke atribut dg etos kerja,” tulis Asrof Ibn Sukardi.
Jika kondisi tidak memungkin untuk menolak, pemilik akun Didik Wahyu menyarankan agar masyarakat memboikot perusahaan membuat aturan tersebut.
“Ga ush belanja di tempt2 yv karyawannya pake atribut sprt itu....pasti kpok tuh yg punya,” tulis Didik Wahyu.
Tidak sedikit netizen yang bersikap tegas terhadap polemik ini. Pemilik akun Dasrul Danur Intan Batuah menulis, :Saya sangat tidak menyetujui karena itu bertentangan dengan akidah dan juga melanggar HAM sebagai seorang muslim.” * [Syaf/voa-islam.com]