JAKARTA (voa-islam.com)- Encyclopedia Americana, edisi 1944 tertulis bahwa pada abad-abad permulaan Natal tidak pernah dirayakan seperti saat ini. Dan memang pada waktu itu, menurut ahli sejarah umat Kristen hanya merayakan kematian, bukan kelahiran. Itu pun perayaan kematian untuk orang-orang yang terkemuka di kalangannya.
“Pada umumnya umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut,” pakar Kritolog Irena Handono dalam blognya kajianirenahandono.blogspot.com yang dibagikan ke Twitter.
Adapun hari raya Natal yang kini dirayakan baru diresmikan pada abad ke-4 Masehi. Dan realisasinya pun baru disaksikan pada abad ke-5. Lalu Kristen Barat pun seketika itu memerintahkan perayaan kelahiran yang diyakini sebagai hari lahir Yesus tersebut.
Padahal, apa yang dilakukan oleh umat Kristen tersebut, tidak ada hubungannya dengan kelahiran Yesus. Pasalnya, tidak ada seorang pun secara pasti mengetahui kapan Yesus lahir.
“Pada abad ke-5 Masehi Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari ‘Kelahiran Dewa Matahari’. Sebab tidak seorangpun mengetahui hari kelahiran Yesus.”
Kemudian pada New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge, Christmas dinyatakan bukti pula bahwa perayaan Natal yang terjadi seperti sekarang ini diambil dari kepercayaan pagan Brumalia dan Saturnalia yang sudah sangat akrab di masyarakat Roma.
Akhirnya perayaan ini dilestarikan oleh Kristen dengan sedikit mengubah jiwa dan tata caranya. Akan tetapi ada dari para pendeta Kristen di Barat dan di Timur Dekat yang menentang perayaan kelahiran Yesus yang meniru agama berhala ini.
“Di samping itu Kristen Mesopotamia pun menuding Kristen Barat (Katholik Roma) telah mengadopsi model penyembahan kepada Dewa Matahari.” (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)