View Full Version
Selasa, 05 Jan 2016

Kasus Tarian Bali di Atas Sajadah, Komnas HAM: Minta Maaf Saja Tidak Cukup

JAKARTA (voa-islam.com)—Kasus tarian Bali di atas sajadah pada peringatan Hari Amal Bhakti (HAB) ke 70 Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta pada Ahad (3/1/2015) lalu terus mendapat respon dari banyak pihak.

Maneger Nasution, Komisioner Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) menilai meski Menteri Agama dan panitia HAB Kanwil Kemenag DKI Jakarta sudah menyatakan permohonan maaf, tetapi hal ini belumlah cukup.

“Publik tentu mengapresiasi Menteri Agama dan Kakanwil Kemenag DKI Jakarta yang sudah minta maaf. Di samping itu publik juga tentu berharap Menteri Agama menginvestigasi kasus tersebut secara tuntas dan memberi punishment (sanksi) kepada yang bertanggungjawab,” tegas Maneger dalam pernyataan yang diterima Voa-Islam, Selasa (5/1/2016) pagi.

Maneger melanjutkan, “Ada baiknya Menteri Agama, sebagai organisasi vertikal, menginvestigasi kasus tersebut. Lalu menjelaskan secara terbuka kepada publik, apakah tidak ada karpet lain atau tikar di Kanwil Kemenag DKI Jakarta? kenapa harus karpet shalat yang jelas- jelas visualnya untuk ibadah? apakah ini benar faktor kebetulan?”

Investigasi dan pemberian sanksi kepada pihak yang bersalah ini, jelas Maneger, akan membuat efek jera bagi siapa untuk tidak melakukan hal serupa di masa mendatang.

Menurut Maneger, agak sulit diterima nalar sehat publik tentang argumen faktor kebetulan seperti yang disampaikan pihak Kanwil Kemenag DKI Jakarta.

“Menteri Agama dan Kakanwil Kemenag DKI Jakarta tentu paham betul bahwa salah satu substansi HAM yang paling elementer itu adalah resfek; menyelami dan menghormati perasaan serta simbol-simbol keyakinan dan identitas kultural publik. Bangsa ini mulai defisit resfek ini,” ujar Maneger.

Menurut catatan Maneger, sepanjang tahun 2015 banyak sekali faktor kebetulan pelecehan terhadap Islam sepanjang 2015 dan awal 2016.

“Al-Quran dinyanyikan dengan langgam Jawa di Istana Presiden, adzan mengiringi lagu gereja dalam Acara Natal Nasional 2015 yang dihadiri Presiden Jokowi dan Menag Lukman, Al-Quran dibuat untuk bahan terompet Tahun Baru, dan kali ini, sajadah shalat buat alas menari. Masihkah faktor kebetulan dapat diterima nalar sehat publik?” ungkap Maneger.* [Syaf/voa-islam.com]

 


latestnews

View Full Version