MAKASSAR (voa-islam.com)—Berita kontroversi yang berjudul ‘Sampah di Makassar Baunya Sudah La Ilaaha Illallah’dikabarkan telah dicabut atau dihapus oleh redaksi Tribun Timur.
Pencabutan ini dilakukan setelah Front Pembela Islam (FPI) Sulawesi Selatan memberi nasehat tentang kekeliruan berita tersebut. Pada Senin (3/1/2016) sejumlah pengurus FPI menyambangi kantor redaksi Tribun Timur di Jalan Cendrawasih, Makassar, Sulawesi Selatan. (FPI Sambangi Kantor Redaksi Tribun Timur Koreksi Berita 'Tauhid')
Meski berita itu sudah dicabut, namun di media sosial screenshot berita tersebut masih beredar. Itu sebabnya Ketua FPI Sulawesi Selatan Habib Muchsin Al Habsyi sibuk mengklarifikasinya.
"Tribun-Timur.com sudah mencabut berita ini, tapi anehnya masih disebar di medsos. Dan lebih aneh lagi, yang disebar itu sudah dipotong-potong kalimatnya. Saya sudah jelaskan di medsos bahwa kasus itu sudah selesai dan sudah diklarifikasi tema-teman FPI di Makassar," kata Habib Muchsin seperti dikutip Tribun Timur.
Latar belakang diturunkan berita tersebut adalah mengungkap fenomena sampah yang menggunung di Makassar dalam tiga pekan terakhir. Sampah yang menggunung ini menjadi keresahan sebagian besar warga kota. Beragam cara warga kota mengungkap getir melihat sampah busuk yang membukit.
Tribun Timur edisi 3 Januari 2016 mencoba menangkap fenomena dan keresahan masyarakat tersebut. Tribun mengutip dua warga yang memberi gambaran miris namun kritis. Satria Bhayangkara, penghuni kos di Jl Barawaja, Panakkukang, menggambarkan sampah di jalan akses atreri di sisi timur Jl Tol Reformasi itu, dengan kalimat, “Baunya sudah la Ilaha Illallah," kata bujang yang saban hari melintas di Jl Barawaja selalu menutup hidung.
Kalimat itu kemudian dijadikan judul berita second HL di halaman 1 Tribun Timur edisi Minggu, 3 Januari 2015.
Berita itu mendapat beragam tanggapan. Salah satunya dari Front Pembela Islam (FPI) Kota Makassar. Ekses berita itu dinilai menimbulkan keresahan di kalangan aktivis Islam.
“Saya yakin, Tribun Timur tidak bermaksud melecehkan kalimat tauhid. Sebagai manusia biasa, kekhilafan adalah hal biasa, yang luar biasa adalah tidak mau menyadari kekhilafan itu,” ujar Habib Muchsin.* [Tribun/Syaf/voa-islam.com]