BOYOLALI (voa-islam.com)—Pimpinan Pondok Pesantren Darusy Syahadah, Boyolali, Jawa Tengah, Ustadz Qasdi Ridwanullah menilai rilis Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang memasukan nama Darusy Syahadah sebagai pesantren pendukung terorisme adalah bentuk pembunuhan karakter.
"Bagi saya pemberitaan itu adalah pembunuhan karakter. Karena kita sebenarnya terbuka untuk didatangi, dimintai informasi," jelas Ustadz Qasdi kepada Voa-Islam melalui sambungan telepon Sabtu (6/2/2016) siang.
Selanjutnya BNPT dinilai Ustadz Qasdi telah melakukan pencemaran nama baik.
"Tiba tiba kita diberitakan, tanpa ada informasi bahkan konfirmasi. Bagi saya ini penjatuhan nama baik," lanjut ustadz Qasdi.
Ustadz Qasdi merasa heran dengan tuduhan BNPT tersebut. Karena Pondok Pesantren Darussa’adah memiliki izin legalitas dari Kemenag.
"Saya heran, kita sudah pernah didatangi Kemenag dan lainnya, kita punya izin dari Kemenag. Kita sudah punya izin, bahkan dari ratusan pondok di Boyolali, kita pondok yang memiliki izin. Menurut Kemenag kita tidak ada masalah," papar Ustadz Qasdi.
Seperti diberitakan sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) merilis ada 19 pondok pesantren yang mendukung terorisme dan berpaham radikal.
"Dari hasil 'profiling' tim di lapangan, ada 19 ponpes yang terindikasi mendukung radikalisme dan terorisme," kata Saud Usman Nasution, Kepala BNPT dalam diskusi tentang tindak terorisme di kantor DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Jakarta, Selasa (2/2/2016) silam.
Beberapa di antaranya Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki Solo milik Abu Bakar Ba'asyir, Pondok Pesantren Darusy Syahadah di Boyolali dan di sejumlah tempat lain termasuk di Ambon.
"Ada juga Al Ikhlas, Lamongan, Jawa Timur, Darus Syifa di Lampung, Nurul Bayan di NTB, Al Muttaqin di Cirebon," tutur Saud.*[Sendia/Syaf/voa-islam.com]