View Full Version
Sabtu, 13 Feb 2016

Seorang Muslim Lebih Sering Berbuat Salah karena Syahadat hanya Mampir di Bibir

JAKARTA (voa-islam.com)- Bila ada seorang muslim yang belum banyak melakukan kebaikan dan bakan lebih condong melakukan kemungkaran, maka bisa jadi syahadatnya hanya mampu sebatas ucapan saja. Dua kalimat syahadat kemungkinan belum masuk ke relung jiwa dan hati sehingga muslim lebih terbuai melakukan hal negatif.

“Kalau ada orang muslim yang belum baik akhlaknya, masih gemar berbuat dosa, kata-katanya masih banyak yang kotor, dusta dan menyakiti orang lain, perbuatannya masih sering menzholimi orang lain, maka kemungkinan besar belum benar syahadatnya. Ia baru menyatakan dua kalimat syahadat sebatas ucapan saja, belum meresap ke dalam hatinya, belum kokoh menjadi keyakinannya,” tulis KH. Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym melalui Facebook-nya.

Pemimpin pesantren Daarut Tauhid ini menganggap bahwa ucapan yang Maha Indah itu dilontarkan seorang muslim hanya sebatas bibir saja karena ia lebih sibuk dengan urusan-urusan dunia.
Asyhadu anlaa ilaaha illalloh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Alloh. Kalimat ini baru sebatas lisannya. Sementara di dalam hatinya masih ada tuhan-tuhan lain yang selalu ia ingat, ia sebut, ia kejar, ia utamakan. Yaitu harta, pangkat, jabatan, popularitas, pasangan, dan urusan duniawi lainnya.”

Termasuk di dalam menyebutkan nabi-Nya, Muhammad s.aw pun seorang muslim dapat dikatakan hanya sebatas lisan karena di hati dan di pikirannya terselip mahluk lain yang dominan dan tanpa sadar kadang dijadikan idola. Sehingga wajar jika sikap dan perilaku dari nabi-Nya tidak singgah ke dalam kehidupan seorang muslim tersebut.

“Wa asyhadu anna Muhammadan rosuululloh. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Alloh. Kalimat inipun masih sebatas lisan. Sementara dalam hatinya ia mengidolakan orang lain. Pada sikapnya sehari-hari ia tidak meneladani perilaku Rosululloh Saw. Padahal Alloh Swt. berfirman, ‘Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rohmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Alloh’ (QS. Al Ahzab [33]:21).

Ia pun menghimbau agar seorang muslim senantiasa mengevaluasi apa sudah benar atau belum ucapan syahadat tersebut. “Maka, marilah kita senantiasa mengevaluasi diri kita, sudahkah dua kalimat syahadat yang sering kita ucapkan ini benar-benar menjelma dalam hati dan sikap kita sehari-hari. Semoga kita termasuk hamba-hamba Alloh yang setiap niatnya, tutur katanya dan sikapnya ada dalam ketaatan kepada Alloh dan rosul-Nya. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.” (RobigustaS/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version