View Full Version
Rabu, 30 Mar 2016

Diberi Uang Dua Gepok, Istri Siyono Diminta Ikhlaskan Kematian Suaminya

YOGYAKARTA (voa-islam.com)--Suratmi, istri Siyono, terduga teroris yang wafat saat menjalani proses pemeriksaan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri menerima dua gepok uang saat ia berada di Jakarta.

Uang dua gepok yang dibungkus koran dan diikat lakban berwarna coklat itu diberikan seseorang yang diduga salah satu anggota Polwan untuk biaya pemakaman suaminya dan biaya santunan untuk anak-anaknya.

Namun uang tersebut, tidak disentuh Suratmi sama sekali. Uang yang berjumlah jutaan rupiah itu, Suratmi titipkan kepada Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas yang akan mengadvokasi kasus kematian suaminya tersebut.

“Ya ini nominalnya banyak sekali. Saya tidak berani buka, saya serahkan Bapak, saya titipkan biar diamankan. Saya ragu-ragu, Pak,” kata Suratmi kepada Busyro di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan Cik Ditiro, Selasa (29/3/2016).

Busyro sendiri mengapresiasi atas keberanian Suratmi untuk mengembalikan uang. Menurut Busyro, bisa saja Suratmi menggunakan uang tersebut karena kebutuhan pasca ditinggal suami. Namun kata dia, Suratmi punya harga diri yang tidak bisa diuangkan.

“Uang (yag diterima Suratmi) meresahkannya. Kalau dia butuh uang apalagi sudah ditinggal suami, pasti akan digunakannya. Tapi beliau punya harga diri, dan kami apresiasi,” kata Busyro. 

Dengan mata berkaca-kaca, Busyro mengungkapkan dirinya dan PP Muhammadiyah siap pasang badan untuk mendampingi Suratmi dan anak-anaknya.

“Insya Allah kami akan berkordinasi dengan Komnas HAM. Ini sinergi yang bagus antara lembaga negara dengan organisasi kemasyarakatan,” tutur Busyro.

Suratmi menceritakan, uang tersebut diberikan seorang perempuan saat ia berada di hotel di Jakarta.

"Namanya ibu Ayu dan Bu Lastri, tidak memakai seragam. Saya tidak tahu, mungkin Densus atau polwan, memberikan uang ini kepada saya dan kakak saya," kata Suratmi.

Selain memberikan uang, ia juga diminta agar mengikhlaskan kepergian suaminya, Siyono. Sebab, kematian Siyono merupakan takdir.

"Saya diminta mengikhlaskan. Kematian suami saya sudah takdir," urainya.* [Nizar/Syaf/voa-islam.com]

 


latestnews

View Full Version