JAKARTA (voa-islam.com) – Dalam ceramahnya baru-baru ini di Radio FPI, Habib Rizieq Syihab menyesalkan rencana pemerintah yang akan merevisi UU Anti Terorisme. Menurut Habib, pemerintah telah mengajukan revisi UU Anti Terorisme itu ke DPR. Di mana salah satu pasalnya tertulis larangan menyampaikan ceramah provokatif.
Menurut Imam Besar FPI ini, sampai saat ini tidak jelas batasan dan parameter ceramah provokatif itu.
“Jangan-jangan nanti ustadz yang menyampaikan Al Quran dan Sunnah dianggap provokatif, ceramahnya dibubarkan dan kemudian ia ditangkap,” terang Habib dengan serius.
Habib juga menolak bahwa kekerasan atau pengeboman yang dilakukan beberapa pemuda, karena adanya provokasi ceramah dai, kiyai, habaib, majelis taklim dan lain-lainnya. Menurutnya, kekerasan yang dilakukan para pemuda itu lebih banyak dipengaruhi oleh televisi. Televisi di tanah air banyak menampilkan adegan-adegan kekerasan, pengeboman, pembunuhan dan lain-lain yang mengakibatkan para pemuda menirunya.
“Jangan-jangan nanti ustadz yang menyampaikan Al Quran dan Sunnah dianggap provokatif, ceramahnya dibubarkan dan kemudian ia ditangkap,” terang Habib dengan serius
Selain itu dalam ceramah yang disiarkan Radio FPI dan Radio Rasil ini, Habib Rizieq juga mengritik keras televisi yang sering menampilkan adegan buka aurat, gaya hidup bebas dan kekerasan. Habib mendorong pemerintah dan DPR untuk merevisi UU Pertelevisian.
Menurut Habib, sejak 1998 di mana Indonesia masuk dalam keterbukaan informasi, maka perizinan pembukaan tv-tv baru luar biasa, betul-betul dipermudah. Sekarang ini ada puluhan channel televisi nasional, local, streaming, lokal dan sebagainya. Televisi di Indonesia bahkan kini (kabarnya) lebih banyak dari Amerika.
“Dengan alasan HAM, demokrasi, dan kebabasan akhirnya TV tersebut banyak menyajikan penayangan yang tidak sesuai agama dan tradisi bangsa Indonesia yang ketimuran,” terang Habib dengan semangat.
Televisi kini banyak menampilkan adegan-adegan film anak yang kurang ajar kepada orang tua, anak yang membentak dan membunuh orang tua dll. Ini ditayangkan televisi dan menjadi konsumsi harian. Ini semua menjadi pengaruh. Apa yang dilihat dan didengar mempunyai pengaruh dahsyat kepada anak-anak.
“Jadi televisi yang membuat anak-anak kurang ajar. Bukan para ustadz, habaib, majelis taklim pesantren…Mereka mesti buka matanya,” tegasnya.
Habib juga menyorot tentang bagaimana televisi menampilkan film, acara-acara music yang menampilkan aurat, seks bebas diumbar, kehidupan laki-laki dan perempuan tanpa nikah dan lain-lain.
“Artis yang nggak senonoh, merekam seks bebasnya..keluar dari penjara dijadikan pahlawan oleh televisi,” urainya.
Jadi menurut televisi, kebejatan moral yang dilakukan para artis itu nggak masalah. Sehingga sekarang banyak anak-anak gadis yang pamer surat, goyang ngebor, goyang ngecor dan goyang erotis lainnya.
“Dan kini berapa banyak yang bunting sebelum nikah,” tanya Habib. Menurutnya acara-acara yang merusak moral d televisi itu, ikut membentuk karakter masyarakat di tanah air.
Dalam ceramah itu Habib juga menyinggung soal gerakan LGBT yang merupakan gerakan internasional. Dimana PBB lewat UNDP telah menjadikan gerakan LGBT itu internasional. Dan lebih dari 300 perusahaan multinasional Amerika mendukung LGBT.
“Umat Islam harus bersatu melawannya,” tegas Habib. [iz/syahid/sharia/voa-islam.com]