JAKARTA (voa-islam.com)- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyatakan bahwa di dalam era demokrasi seperti Indonesia, orang yang mempunyi kekuatan akan meniadakan orang yang yang lemah. Misalkan saja ada beberapa yang jelas-jelas digusur dari tempat pemukiman. Padahal pemukiman itu telah ditempati mereka sejak berpuluh-puluh tahun.
Dan yang acapkali menjadi korban dari kebijakan tersebut dinilai oleh Hafid Abbas yakni warga mayoritas dari Negara ini, yaitu umat Islam.
“Di demokrasi ini, yang kuat akan semakin kuat kedudukannyaa. Sedangkan yang lemah akan semakin lemah. Hal ini dialami oleh umat Islam. Lihat saja mereka yang digusur. Mereka dianggap tidak memiliki tanah. Dan ini seharusnya dijadikan hal penting bagi pemerintah. Kan mereka menempati tempat itu selama berpuluh-puluh tahun,” ucapnya, Jum’at (8/04/2016), di Menteng, Jakarta Pusat.
Tidak hanya menjadi PR (pekerjaan rumah) untuk pemerintah, ormas besar Islam seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah pun diminta untuk ikut andil memperhatikan hal di atas. Sebut saja soal pengadaan tempat belajar bagi anak-anak yang tidak mampu/miskin.
Sebab, bagi orang miskin, di manapun tempat sekolahnya justru akan terasa berat dalam soal pembiayaan. Berbeda dengan orang kaya yang di mana saja dapat menikmati bangku sekolah.
Selain itu, Abbas menyindir aparat kepolisian, lembaga penegak hukum di Tanah Air. Dalam sindirinnya, ia mengingatkan agar tidak mudah mengeksekusi orang atau dugaan pelaku terorisme.
“Jadi, kalau ada orang miskin yang cepat marah-marah terhadap sesuatu, anda jangan cepat-cepat anggap mereka teroris. Ini saya katakan kepada BNPT dan Densus 88,” tambahnya, saat menjadi narasumber di PP Muhammadiyah.
Abbas menyampaikan, seharusnya aparat dan juga pemerintah memperhatikan ucapan yang datang dari siapapun, termasuk tokoh Negara lain yang menghimbau agar menahan diri dan bersikap bijak.
“Mahattir Mohammad bicaraa: Hentikan membunuh orang Islam, hentikan membunuh mereka-mereka yang miskin, jangan kamu sembah-sembah Isreal, jangan membuah susah bangsa dan Negara lain. Dan jika Siyono yang tewas paska diperiksa Densus 88 pun harus mendapatkan keadilan lewat hukum yang ada. Jangan bunuh dia. Seharusnya penanganan terorisme itu juga harus sesuai dengan nafas-nafas Pilar Bangsa, yakni Pancasila,” harapnya. (Robi/voa-islam.com)