View Full Version
Selasa, 12 Apr 2016

ISAC Khawatir Penyiksaan Menjadi SOP Densus 88 dalam Memeriksa Terduga Teroris

SOLO (voa-islam.com)--Islamic Studi and Action Center (ISAC) menilai Detasemen  Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri bukan bagian dari penegak hukum. Densus 88 lebih tepat disebut sebagai mesin pembunuh.

Pernyataan itu dilontarkan bukan tanpa sebab. Sekretaris Jenderal ISAC Endro Sudarsono mengatakan hasil autopsi almarhum Siyono menjadi bukti bahwa tujuan penyidikan bukan dalam mengungkap kasus terorisme.

Penyidikan justru menyebabkan hilangnya nyawa. Lanjut Endro, penyiksaan juga dialami Nur Prakoso dan Andika. Kedua orang yang diduga terlibat jaringan teroris ini ditangkap akhir tahun lalu (29/12/2015).

"Saat ditangkap dan disidik, Nur Prakoso juga mengalami penyiksaan," kata Endro, Selasa (12/4/2016).

Endro menuruturkan saat ditangkap Nur Prakoso ditabrak  hingga terjatuh. Setelah itu, ia megalami berbagai penyiksaan.  Kedua kaki Nur Prakoso diberi balok lalu balok tersebut diinjak-injak.

Tubuh Nur Prakoso juga tidak luput dari pnyiksaan. Bagian dada hingga perut diberi papan dan  diinjak- injak. Lalu kepalanya ditutup dan dimasukan ke WC. Tak hanya itu kemaluannya dipukuli.

"Penyiksaan ini mirip dengan hasil autopsi jenasah almarhum Siyono, kami khawatir penyiksaan ini jadi SOP Densus 88," ujar Endro.

Endro  barharap Muhammdiyah dan Komnas HAM tidak berhentin pada kasus Siyono.

"Kami berharap Muhammadiyah dan Komnas HAM juga melajukan advokasi Nur Prakoso dan Andika, karena mereka juga mengalami penyiksaan serupa," tandas Endro.* [Arief/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version