SOLO (voa-islam.com)--Pendidikan Islam saat ini dilirik oleh masyarakat, bahkan banyak diantaranya mampu bersaing dengan sekolah unggulan. Namun demikian Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI) berharap pendidikan Islam tidak dijalankan dengab orientasi bisnis.
Direktur PSPI Solo, Arif Wibowo menuturkan, saat ini sebagaian orangtua yang menggantungkan harapan pada sekolah berbasis pendidikan Islam dengan harapan anaknya menjadi orang yang sholeh.
Pada perkembanganya lembaga pendidikan menawarkan sejumlah program ungulan, salah satunya tahfizul Qur`an. Namun tidak jarang program ini dibuat untuk mendongkrak sisi marketing, sebab sekolah telah mengarah pada bisnis pendidikan.
"Ada yang memang ingin benar-benar mencetak para hafidz, tetapi ada juga lembaga-lembaga ada yang menjadikannya sekadar branding, semacam cara untuk mendongkrak marketing. Ini yang saya kurang setuju, kerena banyak sekolah Islam yang tidak terjangkau oleh masyarakat kelas bawah," kata Arif baru-baru ini.
Arif melanjutkan, akan timbul persoalan jika tahfizul Qur`an dijadikan branding. Jika target hafalan tidak terpenuhi itu akan membuat kecewa orangtua siswa dan justru membebani anak.
"Menjaga hafalan itu berat. Kalau bisa menjadi hafal itu memang kecerdasannya diatas rata-rata. Makanya tidak heran jika banyak kampus yang memberikan jalur masuk bagi para penghafal qur’an," kata Arif.
Menurut Arif, yang lebih utama untuk dijarkan kepapada anak-anak adalah adab. Sebab, masa anak-anak adalah masa subur untuk menyemai nilai-nilai ajaran islam, tidak terkecuali adab.
Beberapa diantaranya adab terhadap guru, terhadap orang tua, terhadap hewan peliharaan, adab dalam pergaulan hingga pendisiplinan belajar. Pelajaran adab tidak lepas dari sirah Rasulullah yang merupakan suri teladan.
"Sehingga anak mengerti pengamalan ajaran agama dalam keseharian. Sehingga kelak menjelma menjadi insan yang mampu menginternalisasikan nilai-nilai dan ajaran Islam serta tidak menghambakan diri pada kapitalisme," tandas Arif.* [Arief/Syaf/voa-islam.com]